Agung : 05.45


Kami bangun dari lelap  sekitar pukul 2.30 WITA. Bak akan menjemput sang impian, pagi dini hari itu kami merasa bersemangat untuk bangkit mengabaikan lelah dan dingin. Di luar tenda terdengar percakapan para pendaki yang sudah mulai bersiap. Begitu kami keluar tenda ternyata pos 2 sudah cukup ramai. Ada sekitar 6 tenda yang berdiri di pos ini. Rupanya ketika kami sudah terlelap mereka berdatangan.

Meski dingin mencekat ada rasa damai yang mendekap. Bulan purnama menggelar cahaya matahari hingga jelaga malam tersaput. Mengawali dengan doa bersama kami memulai perjalanan menuju puncak.

Jika sebelum jalur lebih sering tanah, jalur ini dimulai dengan penuh kerikil vulkanik. Cukup merepotkan. Setengah jam kemudian kami melalui kontur cadas dan curam. Di jalur ini kami melewati tempat sembahyang …………… Sedikit ada rasa horror, namun tetap tenang selama sopan. Sesekali kami tengadah, kapan jalur cadas ini berakhir dan bisa melihat langit lepas ? Di jalur ini tidak jarang kami harus memanjat cadas.

Sampailah kami di punggung bukit. Terlihat cahaya lampu kota mengurai gelap, sedangkan bulan dan bintang menggoreskan cahaya pada malam. Disini kami berikan jeda pada jantung untuk kembali mengatur irama sebelum kembali mengejar obsesi.

Vegetasi sudah tak nampak lagi. Hanya cadas dan kerikil  di jalur kali ini. Sesekali kami berhenti dan berbaring saat angin berhembus cukup kencang. Sudah hampir 1,5 jam belum juga kami sampai ujung punggung naga. Beberapa pendaki sudah mulai menyerah.

Setelah mencapai punggungan naga, hembusan angin terasa semakin kencang. Tidak ada lagi yang bisa dijadikan penghalang. Jalur pun juga sempit , hanya aman dilalui oleh satu orang dimana kanan kiri langsung miring tajam bak lambaian ajal.

Beberapa waktu kemudian kami menemukan lahan lumayan lapang untuk menunaikan sholat subuh. Kebetulan sepanjang kami memandang tidak terlihat pendaki lain. Setelah secara bergantian sholat, kami lanjutkan perjalanan.

Waktu sudah menunjukkan 05.20, puncak sudah terlihat. Kami percepat Langkah. Terlihat beberapa pendaki ternyata sudah sampai di sana. Jalur makin curam dan sempit hingga memaksa kami untuk sesekalin merangkak. Dan 05.45, Alhamdulillah, sampailah kami di puncak Agung ……………

Tetiba muncul tanya saat aruna menyapa

Sejatinya aku mengejar cita – citaku, kah ?

Atau malah mengejar obsesi orang ?

Pikiranku pun menelusuri kenangan setiap ancala yang pernah terdaki

Ada haru dan sesal, pula bahagia dan rindu saat mengingat tumpah darah ini

Pada angka 40 aku bergumam resah tanpa bahasa

Di puncak Agung aku pun masih saja tenggelam dalam tanya

baik baik sajakah bangsa dan negara ini ?

— selesai —

One thought on “Agung : 05.45

Leave a comment