Kata terbesar cukup membuat kami penasaran dan tertarik untuk kesana. Ervan paling sangat atusias sekali. Dari Dataran Merdeka , kami bertiga ( ada Liyox ) jalan kaki menyusuri Jalan Parmimen dengan semangat. Hmm….jauh juga ternyata. Setengah jam perjalanan kami baru sampai di persimpangan Jalan Cendrawasih, jalan dimana lokasi Bird Park berada. Di daerah ini banyak objek andalan , Lake Garden. Tapi kami lebih memilih segera ke Bird Park. Dan saat itu kami haus dan lapar…..
Setelah makan siang di “food court” jalan Tembusu, akhirnya kami sampai juga di Bird Park. Wahana ini dari luar seperti hutan yang ditutup jala – jala. Tentu saja untuk mencegah burung – burung terbang.
Sebelum masuk, kupikir semua burung akan bebas. Tidak ada sangkar di dalam sangkar. Ternyata Bird park dibagi menjadi 4 zona, yang beberapa dipisahkan dengan sangkar – sangkar lagi. Padahal aku berangan – angan melihat elang menyambar mangsanya, atau burung condor secara berkelompok mencabik – cabik bangkai. Semua hanya mimpi di siang yang berlubang (:p). Mungkin yang bebas hanya burung pelican, bangau, merak dan ayam ( hah ??? ), emang sih masih sanak saudara dengan elang… :p
Maskot taman ini adalah Burung Horn Bill, sayangnya disangkar juga. Untuk yang buas malah hanya 1 ekor perjenis. Sedikit kecewa sih. Tapi penataan taman yang bagus, dengan desain air terjun , kolam dan ditambah ruang obsevasi dan “museum” burung 2 mati membuat wahana yang beroperasi sejak 1991, ini menjadi cukup menarik . Apa lagi dengan kata – kata anda lan ” Biggest Aviary in Southeast Asia ” .
Secara konsep Wahana ini worth buat dikunjungi….. Saking terkesannya, sampai – sampai malamnya sehabis dinner, kami bertiga nonton film 3D Legend of the Guardians: The Owls of Ga‘Hoole di Suria KLCC…. hihihihihi…………