MAGELANG
Lambang gementee Magelang di jaman Hindia Belanda cukup sederhana, yaitu paku yang terletak di tengah lingkaran. Bagi warga Magelang pasti sudah mengerti cerita mengenai paku tersebut. Paku tersebut merupakan penggambaran Gunung Tidar yang terletak di tengah Kota Magelang. Gunung Tidar sendiri, menurut cerita rakyat merupakan paku dari pulau Jawa.
Lambang paku ini juga masih terdapat di lambang Kota Magelang, dengan banyak tambahan unsur lain yang membuatnya semakin rumit . 🙂
MANADO
Unsur yang sama dari lambang Manado lama dan sekarang adalah pohon kelapa (nyiur).
Kota Manado berada di tepi Laut Sulawesi persisnya di Teluk Manado. Karena lokasinya di tepi pantai ini, mungkin terdapat banyak pohon Kelapa (nyiur). Kalau kita membuka website resmi Kota Manado, juga akan tampak pohon Kelapa sebagai background.
MOJOKERTO
Lambang kota Mojokerto adalah pohon MAJA yang berakar 12, berbuah 9 dan bercabang 3 mengandung makna angka tahun 1293 yang mengingatkan akan berdirinya kerajaan Majapahit. Walaupun tidak sama dalam jumlah, namun di lambang lama kota Mojokerto, juga sudah terdapat gambar pohon Maja.
PEKALONGAN
Nama Pekalongan berasal dari (A- Pek- ALONG- AN) yang berarti tempat penangkapan ikan laut. Karena itulah dalam lambang Pekalongan terdapat gambar jaring dengan tiga ikan. Lambang ini disetujui pada tahun 1931.
Lambang jaring dengan tiga ikan ini, masih terdapat dalam lambang Kota Pekalongan.
TEGAL
Antara lambang lama Tegal dengan Kota Tegal sekarang terdapat gambar perahu.
Walau ada kemiripan, namun mungkin secara filosofis berbeda. Di masa Hindia Belanda, lambang yang dipakai adalah perahu layar besar dengan bendera Belanda. Sedangkan lambang sekarang adalah perahu layar kecil dengan layar berkembang, menunjukkan jiwa kenelayanan yang teguh.
Satu alasan mungkin dikarenakan lokasi Kota Tegal yang terletak di tepi laut, sehingga dari masa kolonial sampai sekarang, laut dan perahu tidak bisa dipisahkan dari identitas kota Tegal.
SURABAYA
Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia, mempunyai lambang ikan SURO (ikan Hiu) dan BOYO (buaya). Simbol itu sesungguhnya untuk menggambarkan peristiwa heroik yang terjadi di kawasan Ujung Galuh (nama daerah Surabaya di masa silam), yakni pertempuran antara tentara yang dipimpin Raden Widjaja (BOYO) dengan pasukan tentara Tar Tar (SURO) pada tanggal 31 Mei 1293.
Lambang ikan SURO dan BOYO sudah terdapat di lambang Surabaya jaman Hindia Belanda. Dan masih dipertahankan sampai sekarang dengan tambahan tugu Pahlawan ditengahnya.
Referensi dan sumber gambar :
saatnya lambang2 di desain ulang agar lebih modern, mungkin pak timefighter berkenan mendesain ulang :p
Hahaha…………. iya nih, pekerjaan utama saya blum berkembang-kembang :p