Taman Prasasti : Kisah Sejarah di Atas Nisan


Weekend (4 Oktober 2009) sangat cocok buat jalan-jalan bersama sahabat dekat. Kehangatan suasana persahabatan dicampur keingintahuan pada sejarah dan sebuah kebanggaan pada bangsa, sebuah adonan atmosfer yang sangat indah. Dan atas rekomendasi temen (Dianing Sari), kali ini sasaran kami adalah sebuah salah salah komplek kuburan modern tertua di dunia yang sekarang sudah dikelola menjadi Museum Taman Prasasti.

Sebagai salah satu sudut bersejarah di Jakarta Pusat yang wajib dikunjungi, Taman Prasasti mempunyai koleksi – koleksi kuno. Taman Prasasti sendiri lebih layak disebut komplek kuburan peninggalan kolonial Belanda. Namun gaya eropa abad pertengahan sangatlah menarik apalagi setiap nisan memiliki historical yang menarik untuk diikuti. Komplek kuburan ini mulai beroperasi 28 September 1795.

Setiap nisan memiliki desain – desain yang unik. Ada yang berupa wanita, malaikat, harpa dan kepala tengkorak yang ditancapkan pada sebilah pisau. Untuk yang disebutkan terakhir bukanlah nisan namun merupakan monumen peringatan untuk melawan pemerintah Hindia Belanda. Sedangkan replika tengkorak tersebut merupakan perwujudan dari Pieter Erberveld. Pada monumen itu sendiri terdapat prasasti berbahasa belanda dan aksara jawa.

Pieter Erberveld adalah seorang saudagar keturunan Jerman-Siam. Beliau dihukum mati atas sebuah rencana pemberontakan terhadapa pemerintah Batavia. Pemberontakan ini rencananya akan dilakukan bersama Raden Kartadiya. Atas tuduhan tersebut Pieter dihukum mati dengan cara yang tidak lazim, yaitu sepasang kaki dan tangannya ditarik oleh kuda hingga tubuhnya tercerai berai. Lokasi eksekusi tersebut sekarang bernama kampung Pecah Kulit , jalan Pangeran Jayakarta. Monumen peringatan tersebut aslinya berlokasi di kampung tersebut, namun kemudian dipindahkan sebagai koleksi Museum.

Selain Pieter Erberveld ada beberapa tokoh-tokoh lain yang nisannya bisa dijumpai adalah :

  1. Soe Hok Gie, tokoh pergerakan mahasiswa era tahun 1967-1969, yang meninggal menghirup gas beracun di Gunung Semeru.
  2. H.F. Roll, si pendiri STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen), sekolah tinggi kedokteran untuk kaum pribumi.
  3. Olivia Mariamne Raffles, istri pertama Thomas Stamford Raffless
  4. Dr. J.L. Andries Brandes, seorang arkeolog ahli sastra Jawa kuno.
  5. Adami Caroli Claessens, seorang pastur Katholik
  6. J.H.R. Kohler, seorang panglima tinggi militer Batavia yang gugur dalam ekspedisi ke Aceh.

Di beberapa nisan terdapat lambang Heraldik. Lambang ini mencerminkan tingkat strata sosial dari pemilik nisan. Lambang ini diberikan oleh pemerintah Batavia atas jasa-jasa mereka.

Ada yang menarik di Museum yang diresmikan Ali Sadikin ini yaitu sebuah aula yang di dalamnya terdapat dua buah peti mati/jenazah. Menurut informasi, dua peti mati tersebut merupakan peti mati dari sepasang pemimpin besar bangsa ini, Ir. Soekarno dan M. Hatta. Peti ini dijaga keasliannya. Koleksi lainnya adalah sebuah kereta jenazah.

Komplek kuburan yang dulu bernama Makam Kebon Jahe Kober ini merupakan  salah satu spot favorit photography di Jakarta. Apalagi kalo temanya adalah gothic-eropa.  Tidak heran bila Museum yang diresmikan sejak 9 Juli 1977 ini dijadikan lokasi pengambilan foto pre-wedding. Dan sangat cocok dengan hobi kami, photography 🙂 .

Catt :

  1. Tiket Masuk @ 2.000 IDR, kalo bawa model @ 350.000 IDR
  2. Lokasi Jl. Tanah Abang 1 Jakarta Pusat
  3. Rute : Halte Monas – sisi utara Museum Nasional hingga mencapai perempatan ambil kiri hingga perempatan pertama.
  4. Buka hari Selasa – Minggu , 09.00 – 15.00 WIB

Peserta : Mantos, Mahe, Ervan, Hafist, Edo, Son

Photografer : Mahe, Ervan, Son

2 thoughts on “Taman Prasasti : Kisah Sejarah di Atas Nisan

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s