Jakarta, 22 Ramadhan 1430 H
Kegagalan mendapatkan tripod karena toko sudah tutup membuat kami ( Mantos dan aku ) semakin lapar saja. Kebetulan sejak bedug Maghrib kami hanya berbuka dengan sebotol Fruit Tea. Tapi kami tetap bertekad menunda berbuka ”berat” sampai tiba di Masjid Agung Sunda Kelapa.
Dari Blok M, dengan Kopaja 19 kami menuju ke Bundaran HI. Selama perjalanan Mantos browsing lokasi Masjid Sunda Kelapa lewat HP-nya. Sesampai di Bundaran HI kami masih saja ragu kemana arah yang harus kamu tuju untuk sampai ke tujuan. Kami pun bertanya ke Polisi. Atas petunjuk Pak Polisi kami pun naik Bis 213.
Kami turun tepat di depan Taman Suropati. Tapi kami tidak melihat adanya keberadaan masjid. Kami pun bertanya pada petugas DLAJJ . Beliau menunjuk jalan ke arah utara. Dengan perut yang masih kosong kami pun berjalan ke arah utara. Saat itu sudah pukul 20.00 WIB. Karena meragukan keterangan petugas DLAJJ, akupun bertanya pada seorang tukang ojek yang lagi mangkir. Dan seperti yang kami kawatirkan, keterangan petugas DLAJJ itu salah. Ternyata masjid ada di belakang Gedung Bapenas, dimana Gedung itu tepat di depan Taman Suropati.
- Interior Dalam
- Halaman Depan
Akhirnya kami sampai juga di masjid yang berdiri sejak 1970 itu. Seperti yang diinformasikan teman kami, depan area masjid merupakan spot kuliner malam yang populer di Jakarta. Langsung saja kami cari tempat nongkrong.
Berbagai masakan khas tanah air ditawarkan oleh para pedagang kaki lima yang mangkal hingga makan lebar jalan. Ada Soto Lamongan, Masakan Betawi, tongseng kambing dan masih banyak yang lain. Sayang, kami sedikit terlambat datang di sini ( udah dihabisin yang berbuka lebih dulu ), beberapa menu sudah habis. Pilihan pun jatuh ke Sate Padang beserta sotonya ditambah dimsum. Hmm……nyam nyam….. Rasa mantap , harga bersahabat.
Setelah makan kami pun masuk ke area masjid. Tujuannya adalah sholat, tapi kami memutuskan untuk berkeliling terlebih dahulu, sekalian melonggarkan perut yang kenyang. Setelah dirasa cukup kami pun mengambil wudlhu dan sholat Maghrib-Isya di lantai dasar. Selesai sholat kami pun beranjak untuk melihat interior di lantai atas.
Masjid mulai dibangun 1960 ini memiliki keunikan. Salah satunya adalah tidak adanya kubah. Di masjid yang dibangun atas prakarsa Ir. Gustaf Abbas ini juga tidak ditemui bedug dan simbol bintang-bulan. Dan dengan menempati area 9.920 m², menurut informasi, masjid mampu menampung hingga 4000 jamaah.
Kebetulan saat itu banyak jamaah yang sedang melaksanakan iktikaf, maklum bulan Ramadhan. Aku sempat berbincang-bincang dengan salah satu jamaah yang mengaku dari Cianjur. Menurut pengakuannya, dia rutin beriktikaf di masjid ini setiap Ramadhan, walaupun harus jauh-jauh dari Cianjur.
Sebagai sebuah tempat ibadah, masjid ini dilengkapi fasilitas yang sangat memadai. Ada beberapa LCD TV dengan CCTV terlihat terpasang di beberapa tempat. Kenyamana sangat baik karena terdapat AC dan kipas angin. Tempat wudlu dan kamar kecil begitu terawat. Selain sebagai tempat ibadah, ada beberapa bagian masjid yang digunakan sebagai kantor Baitul Maal dan badan pengelola masjid. Satu lagi, ada aula khusus buat resepsi pernikahan, Aula Sakinah.
Waktu semakin larut, ngantuk, lelah dan kekenyangan……………saatnya menuju Bekasi.
Catt :
- Bagi kamu yang biasa melaksanakan puasa Senin-Kamis, Masjid Agung Sunda Kelapa menyediakan buka puasa cuma-cuma yang disusul dengan pelaksanaan pengajian
- Khatib Jum’at di Masjid Agung Sunda Kelapa minimal setingkat magister
- Pengelolaan Masjid mengambil contoh manajemen jaman Rasulullah SAW
- Buat pecinta kuliner wajib untuk menyempatkan ke sini.
- Alamatnya : Jl. Taman Sunda Kelapa N0. 16 Menteng Jakarta Pusat ( Belakang Kantor Bapenas )
alhmd… saya merasa terbantu atas adanya postingan ini…. karna saat ini lg mencari2 rute plus lokasi yg akurat tentang mesjid Sunda Kelapa…. ^^ hatur nuhun sanget yaaa,,,,
*salam kenal