Rupanya semangat liburan membuat tidur tidak pulas. Jam dua aku dah sterbangun, meski empuknya Kasur dan hawa dingin pegunungan merayu mata untuk kembali terpejam. Kuambil HP untuk melihat notifikasi CC123 dan aktifitas BB grup. Alhamdulillah tidak ada gangguan.
Menjelang jam tiga, semua pada sibuk bersiap. Hanya Ervan yang belum juga nongol. Mungkin sedang pulas abis bermain sama istrinya. Sungkan juga mau bangunin, tapi kalo tidak dibangunin, mau berangkat jam berapa. Ku putuskan untuk menunggu saja. Tiba – tiba pintu kamar terbuka, rupanya Ervan sudah siap dengan tas kamera dan tentu saja celana coklat “mbulak” yang selalu dia pake kalo main sama aku. Sip lah , kamipun berangkat menuju Baluran.
Malam itu langit terang sekali. Bintang bertaburan tanpa terhalang awan. Meski PJU jarang Mahe tidak kawatir ngebut menembus malam ke arah Situbondo – Batangan sepanjang 60 km. Kami menyusuri Jalan Raya Jendral Soedirman Situbondo – Banyuwangi tanpa halang, meskipun sempat ragu karena merasa tidak sampai – sampai. Berkali – kali aku cek Google Map, sekedar memastikan we’re on the track. Apa dikata terkadang tidak ada singnal. Untung suara berisik di belakang yang sedang kelaparan bikin perjalanan tetap menenangkan.
Jam lima, kami sampai di gerbang Taman Nasional Baluran. Melihat gerbang yang masih tertutup meluruhkan kami untuk menangkap gugus bintang dengan kamera. Kamipun mencari mushola dan sarapan pagi di sekitar situ.
Jam tujuh. TN Baluran sudah dibuka. Dari loket hingga ke padang savanna kami tempuh waktu 1 jam lebih dengan jarak 12 km. Kondisi jalan “makadam”, sama sekali tidak bisa dilalui dengan kecepatan diatas 15 km/jam. Mungkin dengan beginilah kita bisa menikmati suasana hutan konservasi suaka margasatwa yang pada tahun 1937 ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa melalui oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda melalui ketetapan GB. No. 9 tanggal 25 September 1937 Stbl. 1937 No. 544.
Aku pulang kawan
Ku bawa sesal sebagai buah tangan
Pahitnya begitu pekat
Sudah banyak sajak petualangmu tanpa namaku
Terlalu banyak cerita kelanamu tanpa peranku
Aku yang kemarin sengaja menghilang
Aku yang kemarin membelakangi dunia
Hari ini
Kembali kita bersama terbakar matahari
Kembali kita bersama bercorengan debu
Ada haru di sela derai tawa
Di savanna Bekol, Kau pegang tanganku
Menuliskan kata ” keluarga ”
Koq tidak ada banteng dan rusa ya ? hanya kera ekor panjang yang terlihat ribut bersama kelompoknya. Padahal icon Baluran Bos Javanicus. Mungkin sedang sembunyi.
Dari Savanna Bekol kita menuju ke arah timur, pantai Bama. Baru lah kami melihat Banteng. Ga mau kehilangan kesempatan, kami berusaha mendekati untuk memotret. Si Banteng lagi berendam di lumpur. Sayang kami ditegur Ranger untuk tidak mendekatinya. Bahaya katanya. Kamipun melanjutkan ke Pantai Bama. Dalam perjalanan menuju Pantai Bama, terlontar keinginan kami untuk suatu saat menginap di sini, sekedar menikmati sepi nya alam , sun rise , sun set atau mendaki Gunung Baluran.
Hanya satu jam kami menikmati Pantai Bama, kami bergegas menuju Banyuwangi untuk mengantar teman menjemput impian ……………..










