Paris : My First Flight


France : 15 – 23 September 2007

Waktu itu saya sedang di ruang meeting bersama rekan2 staf saya se kantor, handphone saya tiba2 bergetar mendapat panggilan telepon dari nomer tak di kenal,

Aku : “Hallo…..”

Mr X : ” Halo …mantos ya..??”

Aku : “Iya pak saya mantos.. “

Mr X : ” Mantos ..kamu sudah punya Passport..?? “

Aku : ” Belum pak….” , sambil menebak-nebak suara siapa..?

Mr X : ” Kamu segera ngurus Passport ya…”

“Tanggal 15 september kamu berangkat ke Prancis ” , Glodak…..apa..??

Aku : ” Passport…??, ke Pranciss…??? “, Bingung…@#%@$#@2

Mr X : ” Iya… kamu langsung ke HRD, nanti akan dijelaskan …”

Aku : ” Maaf…dengan siapa ya saya bicara..?? ”

Mr X : ” Ini Binsarrrrrrrrrrrrrr…..Binsarr….bosmu, gmna toh kamu …”, ups…………maaf pak

Aku : ” Oh….maaf banget pak, nomer bapak gk ada di hape saya”

Dst…..

Gilaaaaaaaaaaa………..benar2 kejutan yang luar biasa, belum pernah naik pesawat, belum pernah pergi ke luar negeri, di suruh sendirian ke luar negeri pula. Dengan hati yang berbunga-bunga karena akan jalan-jalan ke luar negeri dan ketakutan karena belum pernah naik pesawat dan sendirian ke luar negeri, akhirnya aku segera menghadap ke HRD untuk mengurus segala prosedur pemberangkatan. Manager HRD saya memberikan saya ceramah singkat mulai dari bagaimana Check In pesawat sampai materi yang akan saya peroleh selama mengikuti training di Prancis.

Mengurus Tetek Mbengek

Tetek Mbengek adalah istilah jawa yang artinya segala sesuatu yang macam-macam dan semrawut. Yang harus saya siapkan paling awal adalah Passport, syarat mutlak untuk identitas seseorang jika hendak berpergian ke luar negeri. Saya tidak mengerti prosedur mengurus passport yang sebenarnya kaya apa, yang jelas saya menggunakan calo yang sudah di tunjuk oleh perusahaan. Harap maklum karena waktu yang sangat mepet sekali, h-25 dari waktu pemberangkatan. Syarat2 untuk membuat passport adalah ijazah dari SD sampai pendidikan terakhir, semuanya harus asli. Saya pontang panting telepon ke rumah untuk segera mengirimkan semua dokumen saya tersebut melalui layanan TIKI. Pagi2 sekali jam setengah 6 pagi saya bergegas ke kantor TIKI di Bekasi, bongkar sana bongkar sini akhirnya paketan saya di temukan juga oleh mas2 pembongkar paket. Legaa….segera cabut dan berangkat kerja untuk mengurus ke kantor imigrasi. Sekali lagi saya tidak tau persis prosedur sebenarnya seperti apa, yang jelas saya datang ke kantor imigrasi ketemu calo dan di suruh foto, interview, cap jari tangan, dan tiba2 saja passport saya jadi keesokan harinya. Setelah passport selesai, saya harus mengurus Visa kunjungan di kedutaan besar prancis. Waktu itu saya tidak perlu ke kantor kedutaan langsung, saya hanya mengisi formulir dan selanjutnya di urus oleh kantor. Syaratnya cuman foto background putih dengan baju sopan, yang nantinya akan ditempel di passport kita. Pembuatan Visa memakan waktu 20 hari kerja, itu waktu minimal. Setelah mendapatkan Visa, saya diberi tiket pesawat Thai Airways pulang pergi Indonesia – Prancis yang transit di Thailand. Belum usai perjuanganku untuk bisa berangkat, saya haru pontang panting ke Money Changer untuk menukarkan uang rupiah saya. Waktu itu saya diberi uang dinas sebesar 10 juta rupiah. Uang 10 juta yang sebendel amplop menjadi hanya beberapa lembar Euro, rupiah benar2 tidak ada harganya di negara maju (pikirku). Setelah semuanya beres, tinggal saya yang harus mempersiapkan mental untuk terbang sendirian ke Paris. Dengan bermodalkan mental baja dan bahasa inggris yang pas2an akhirnya saya memutuskan untuk berangkat. Waktu itu bulan ramadhan, dan saya memutuskan untuk tetap berpuasa selama di prancis.

Katrok di Bandara Soekarno Hatta – Cengkareng

Pengalaman pertama begitu mengesankan, itulah yang aku alami selama pemberangkatan dari bandara Soekarno Hatta Cengkareng. Berangkat dari bekasi ke cengkareng naik taksi turun di terminal 2 untuk penerbangan internasional. Di depan terdapat logo Thai Airways, begitu saya masuk, suasana begitu ramai dan kebingunganku mulai muncul. Mondar mandir kesana kemari mencari pintu masuk penerbanganku, akhirnya ketemu juga setelah bertanya ke petugas. Sampai di dalam aku masih bisa bersantai, karena datang terlalu dini dari jadwal penerbangan. Daripada terlambat lebih baik datang lebih awal, lagian ini penerbangan pertamaku dan saya pasti banyak menemui hal baru yang membingungkan. Meja Check in di buka, saya di barisan awal di belakang sorang Bule eropa. Saya perhatikan dengan seksama cara melakukan check-in, dan ternyata cukup mudah. Aku minta tempat duduk dekat jendela supaya bisa melihat pemandangan dari atas pesawat, kesempatan pertama harus dimanfaatkan dengan sebaik2nya lah. Setelah Check-in saya menuju ke loket pembayaran fiskal, waktu itu bayar 1 juta rupiah di Bank Mandiri. Hanya indonesia yang memberlakukan biasa Fiscal bagi warga yang hendak pergi ke luar negeri, menyedihkan. Selanjutnya saya menuju ke gerbang imigrasi pemberangkatan, menunjukkan tiket pesawat, passport dan bukti pembayaran fiscal. Mungkin karena wajah saya yang polos, ndeso, dan passport saya yang masih perawan, sehingga petugas imigrasi bertanya,

Imigrasi : ” Mau kemana mas..?? “

Aku : ” Prancis pak..”

Imigrasi : ” Belum pernah ke luar negeri ya..?? “

Aku : ” Belum pak…..naik pesawat aja belum pernah”

Imigrasi : ” Yang bener mas…sekarang sendirian saja…?? “

Aku : ” Iya pak…memang ditugaskan sendiri “

Imigrasi : ” Wah…pertama kali naik pesawat langsung ke prancis….ati-ati ya mas…” , sambil geleng-geleng kepala…:D

Aku : ” Iya pak….makasih……doain aja lancar..”

Dengan langkah penuh percaya diri, aku menuju ke boarding room. Setelah agak lama menunggu, akhirnya aku menginjakkan kakiku untuk pertama kalinya ke lantai pesawat. Satu step lagi menuju ke angkasa, waktu itu pesawat nya Boeing 737-400. Kejadian memalukan sempat aku alami ketika pesawat sebentar lagi take-off, aku berniat mengambil buku dari tas didalam rak dan gubrak…….tas yang berada di sebelah kanan tasku jatuh menimpa Bule disampingku…..i am sorry sir…sambil memasukkan kembali tasku, dan gubrakkk…………gantian tas yang disebelah kiri tasku yang jatuh, dan semua orang di pesawat menatapku dengan mata tajam. Duh malunya diriku……salah sendiri naruh tas di rak yang jelas2 sudah penuh sesak (ngomel di dalam hati). Tak lama kemudian pesawat take-off…

Aku pasrah akan apa yang akan terjadi pada penerbangan ini……………Bismillah……akhirnya pesawat terbang ke angkasa dan dalam waktu 3 telah mendarat di bandara suvarnabhumi – Bangkok.

Bertemu bidadari di Bandara Suvarnabhumi – Bangkok

Waktu itu sampai bangkok jam 10 malam waktu setempat, dimana waktu bangkok sama dengan waktu jakarta. Saya harus ganti pesawat untuk melanjutkan penerbangan ke Paris tanpa harus mengambil tas yang ada di bagasi pesawat. Penerbangan selanjutnya jam 12 malam, saya punya waktu 2 jam untuk menemukan Gate dimana pesawat saya parkir. Bandara yang besar sekali, saya harus berjalan sejauh 500 meter naik turun eskalator. Dalam usahaku mencari Gate, saya bertemu dengan cewek asli Indonesia yang hendak terbang ke Jepang. Saya lupa namanya siapa, yang jelas saya begitu gembira menemukan teman se-negara di negara asing. Ngobrol sepanjang perjalanan akhirnya saya harus berpisah dengan bidadari manis dari djogja itu. Sedih………walaupun baru kenal beberapa menit, rasanya sudah kenal beberapa tahun. Jam 12 malam lebih 5 menit akhirnya aku harus terbang ke Paris dengan pesawat Thai Airways yang lebih besar dengan type Boeing 747-400. Saya akan menempuh perjalanan udara selama 13 jam tanpa henti menuju Paris.

Makanan Halal di Pesawat

Penerbangan luar negeri menggunakan pesawat yang berasal dari negara yang penduduk muslimnya minoritas memaksaku untuk berhati-hati memilih menu makanan. Kerena kebanyakan makanan yang ditawarkan adalah “Pork”, dimana hukumnya haram bagi umat muslim. Saya selalu menanyakan semua makanan yang di tawarkan,

Is it halal food..?? “

” Can you give me halal food..”

Dengan 2 kalimat tersebut, setidaknya pramugari dari thailand mengerti kalau kita adalah muslim. Dengan ramah pramugari memilihkan menu masakan yang tepat bagi kita.

Meloloskan diri dari Bandara Charles de Gaulle – Paris

Setelah perjalanan panjang selama 13 jam akhirnya saya sampai juga di bandara Charle de Gaulle Paris, jam 6 pagi waktu setempat. Ujian baru akan saya lalui disini, bagaimana cara meloloskan diri dari bandara sebesar ini menuju ke lokasi yang saya tuju. Keluar dari pesawat saya langsung mengikuti rombongan Bule yang sepertinya menuju ke tempat pengambilan Bagasi. Setelah sampai di tempat pengambilan bagasi, saya langsung melototin setiap tas yang berputar di atas rak berjalan. Inilah pertama kali saya mengambil tas dari bagasi pesawat. Saya tidak punya waktu banyak karena jam 8 pagi saya harus sudah berada di stasiun kereta api untuk melanjutkan perjalanan ke kota Poitier. Satu jam berlalu untuk mengambil tas, aku segera bergegas menuju pintu keluar. Pengecekan imigrasi untuk warga negara indonesia sungguh menegangkan. Petugas imigrasi membolak balik passport saya sambil menatap muka saya, dan akhirnya….Jedok…Jedok….!!!, stempel imigrasi membekas di passport saya. Sebelum keluar dari bandara, ada pemeriksaan polisi bandara bagi orang asing.

” Where are you come from..???” tanya polisi ke saya sambil menggeledah tas yang saya bawa. Setelah itu mereka menanyakan keperluan saya berpergian, saya langsung menyodorkan surat sakti berbahasa prancis yang saya bawa. Untuk tugas dinas ke luar negeri, paling aman membawa Invitation Letter dari perusahaan yang akan kita tuju. Setengah jam lagi waktu tersisa saya harus sampai di stasiun kereta api Paris. Dari bandara saya naik KRL antar bandara-stasiun kereta, kurang lebih 10 menit akhirnya saya sampai di stasiun. Sampai di stasiun saya benar2 seperti orang aneh, semua petunjuk umum menggunakan bahasa prancis. Prancis memang negara yang nasionalismenya tergolong tinggi, mereka jarang sekali menggunakan bahasa inggris di dalam negaranya sendiri.

Kereta api yang disiplin waktu

Tiket kereta sudah saya bawa dari indonesia, saya tidak tau persis dapetnya dari mana. Akhirnya saya bertanya ke information mengenai keberangkatan kereta saya, dan alhamdulilah saya belum ketinggalan kereta. Saya segera menyalakan handphone saya sembari menunggu kereta datang, waktu itu saya membawa kartu Mentari Indosat. Dan alhamdulilah dapat sinyal kuat dari operator setempat. tak lama kemudian kereta datang, dan saya segera masuk dan mencari tempat duduk yang sesuai dengan yang tertera pada tiket yang saya bawa. Perjalanan selama dua jam akan saya lalui menuju Poitier. Saya mencoba menelepon Ibu tercinta di rumah dan mengabarkan kalau saya selamat sampai di prancis, saya yakin ibuku akan sangat bahagia mendengar kabar baik ini. . . mengharukan. Saya berpegang teguh bahwa kereta akan datang tepat waktu, sehingga saya hanya melihat jam bukan melihat stasiun pemberhentian. Dan seperti yang saya perkirakan, ternyata kereta benar2 datang tepat waktu. Emang ada kereta api di indonesia yang datang tepat waktu..???

Katrok di Hotel Campanille – Chasseneuil

DSCN1915Perjuangan masih panjang, sesampainya di stasiun Poitier saya harus mencari supir taksi yang menjemput saya entah dimana. Saya mencoba mengikuti rombongan orang keluar stasiun, suasananya seperti di stasiun pasar turi tapi lebih sepi. Setelah naik ke atas menggunakan lift, saya harus menentukan pilihan apakah harus ke kanan atau ke kiri. Gambling saya ambil jalan kebenaran, dan sesampainya di ujung lorong seorang Supir Taksi telah memampang nama saya ” Mr. Sihmanto – Actaris “, Sedaaaap……………..langsung saja saya meminta di antarkan ke Hotel Champanille tempat saya menginap. Sesampainya di hotel, saya langsung menuju ke resepsionis dan menyodorkan print out imel yang menunjukkan kalau saya sudah booking satu kamar di hotel itu. Perjuangan pertama telah selesai………saking senengnya aku langsung tutup pintu hotel dan berfoto2 di luar. Dan setelah puas berfoto2, saya bermaksud kembali masuk kamar karena udaranya yang sangat dingin. Dan ternyata kamarnya terkunci otomatis ketika saya menutup pintu dari luar, padahal kunci saya ada di dalam. Stupid indonesian………..dengan wajah tersipu malu saya harus meminta ke recepsionis untuk dibukakan kamar saya.

Jalan-jalan di pusat kota Poitier

100_1348Waktu itu training yang saya jalani berlangsung selama 5 hari kerja, dari senin – jum’at. Di hari rabu malam kami peserta training di beri kesempatan untuk jalan-jalan dan makan malam bersama para trainer ke pusat kota Poitier. Kota Poitier merupakan kota kecamatan yang memiliki banyak bangunan tua bersejarah. karena udaranya yang dingin dan segar, jalan2 pun terasa sangat nyaman. Setalah jalan-jalan dan foto2, kami di ajak makan malam di sebuah restoran. Menu yang disajikan tidak lepas dari daging babi, dan saya adalah satu-satunya orang muslim yang berada disitu. Tapi trainer dan teman2ku semuanya paham kalau babi adalah terlarang untuk saya. Satu hal yang saya salut adalah cara mereka menghargai saya sebagai muslim yang sedang berpuasa. Waktu makan malampun disesuaikan dengan jadwal buka puasa saya, yaitu sekitar jam 8 malam. Karena tau saya muslim, trainerku pun memilihkan menu spesial untuk saya yaitu ikan. Sebelum makan menu utama, orang prancis biasanya menyantap makanan pembuka,setelah itu baru menu utama, dan di tutup dengan desert atau makanan penutup. Tidak seperti di indonesia dimana menu yang dipesan adalah menu utama semua. Menu pembuka biasanya berupa sayur2an mentah yang diberi bumbu asinan, hiiii…..aku gak doyan makan makanan seperti ini. Menu utamanya pun tidak senikmat di indonesia, masakanya aneh banget di lidahku. Sedangkan menu penutup adalah es krim dan agar-agar. Orang prancis sangat hobi minum bir, mungkin untuk menghangatkan badan dari udara yang begitu dingin. Se enak2nya makanan di prancis, jauh lebih enak makanan di Warteg lah hehe…

Mengatur waktu pergi ke Paris

Tidaklah mudah bagi saya untuk mencuri waktu agar bisa mengunjungi icon terbesar di negara Prancis, yaitu menara Eiffel. Jadwal training begitu padat dari hari senin sampai jum’at, dimana saya sudah dibookingkan hotel di dekat pabrik selama 5 hari penuh. Tiket kereta api dari Poitier ke Bandara pun telah terbeli, aku benar2 harus pandai memutar otak supaya tidak kehilangan icon terbesar di Paris tersebut. Sebelumnya saya sudah meminta untuk di berikan penginapan 1 malam di Paris supaya saya bisa jalan-jalan di kota cantik itu, tapi management tidak menyetujui dengan alasan ini adalah tugas dinas bukan acara jalan-jalan. Setelah saya membaca kembali jadwal training saya, ternyata training selesai hari jum’at siang. Saya segera menghubungi admin Actaris untuk membantu saya membatalkan tiket kereta api yang sudah ditangan dan menukarnya dengan tiket kereta pada jum’at siang. Usahakupun tidak sia2, Mrs Annie yang baik hati merefund tiket kereta saja dan memesankan hotel untuk 1 malam di Paris. Yuuuui…..sepulang dari training hari kamis, paginya saya langsung Check-Out dan membatalkan untuk hari Jum’at. Setelah selesai training hari jum’at, saya bersama teman saya orang swedia berangkat ke Paris via kereta dari stasiun Poitier. Kebetulan teman saya Johnson dari swedia tersebut hotelnya berada beberapa blok dari hotel saya, beruntung banget karena dia membawa GPS yang bisa di gunakan untuk mencari keberadaan Hotel saya. Satu langkah lagi menuju Eiffel….

Welcome to Paris

Paris adalah kota yang cantik, kota yang memiliki ciri khas bangunan yang unik dan menarik. Dengan panduan peta wisata kota Paris yang saya dapatkan dari Mrs Annie, saya memberanikan diri untuk keluar hotel menuju ke Menara Eiffel. Saya menuju ke stasiun kereta Subway (LRT) yang berjarak sekitar 500 meter dari hotel saya. Membeli tiket kereta cukup membuatku bingung karena tidak ada versi bahasa inggrisnya. Tiket dibeli melalui vending machine seperti ATM, prosedurnya cukup mudah jika kita tahu bahasanya. Berhubung tidak tau, maka saya mengamati dengan seksama orang2 yang menggunakan mesin tersebut. Dengan memasukkan uang koin 2 euro, kita akan mendapatkan 1 tiket kertas karton dan kembalian 50 sen. Dengan pedenya saya masuk ke dalam kereta, sambil membolak-balik peta yang saya bawa, dan ternyata saya kelewatan……begitu kereta berhenti saya langsung turun dan mencari kereta dengan arah sebaliknya tanpa harus membeli lagi tiket kereta jika kita tidak keluar dari stasiun. Tak lama kemudian saya tiba di stasiun dekat menara eiffel, saya lupa nama stasiunnya.

Eiffel I am Coming…..

DSCN1944DSCN1985Untuk menuju menara eiffel, dari stasiun kereta kita hanya memerlukan waktu sekitar 10 menit dengan berjalan kaki. Atau sekitar 800 meter jaraknya. Wouu….wouuu………hatiku berbunga-bunga melihat pucuk menara eiffel dari kejauhan. Akhirnya…..sampai juga aku tepat di depan menara eiffel yang fenomenal itu. Tak sabar untuk berfoto, saya meminta tolong seseorang untuk memotret saya dengan kamera saya. Cepreet……………manteeeeebbbb coy, rasane marem tenaaan.

Waktu itu hari masih remang2 menjelang maghrib, pengunjung memadati pelataran menara dan mengantri untuk naik. Antrian mengular panjang banget yang membuat saya mengurungkan niat untuk naik ke atas. Ada dua buah pintu masuk untuk naik ke atas menara, yang satu menggunakan Lift sampai tingkat 3 dan yang satunya lagi menaiki tangga manual. Untuk harga tiket masuknya sekitar 20 Euro untuk sampai di tingkat 3. Di depan menara eiffel terdapat taman yang biasa di gunakan untuk menikmati keindahan menara eiffel di waktu malam hari, dimana lampu hijau akan menyala mengikuti bentuk ruas menara. Sungguh indah pemandangan di malam hari, saya menyempatkan berfoto tapi sayang tidak bisa mengambil foto terbaik karena gelap. Jika menggunakan Blitz akan mengurangi keindahan menara karen titik2 kabut akan menimbulkan dot-dot cahaya yang dipantulkan oleh kilatan blitz kamera kita. Saya puas karena bisa berbuka puasa sambil menikmati indahnya menara eiffel di malam hari. Di sekitar menara juga terdapat pertunjukan opera, saya sempat menonton sebentar karena tidak bisa menikmatinya. Setelah puas jalan2 di sepanjang pelataran menara, saya memutuskan untuk pulang ke hotel. Sepanjang perjalanan pulang saya menyempatkan untuk mebeli souvenir sebagai kenang2an. Penjualnya yang ramah sempat bertanya kepada saya,

” Where are you come from..?”

” Indonesia….”, jawabku…..dan si penjual membalasnya lagi

” Indonesia….selamat pagiii……”, wou…….mungkin penjual souvenir ini sering di kunjungi oleh turis dari indonesia

Suatu kesialan bagi saya karena lupa arah jalan menuju ke hotel tempat saya bermalam, hal itu di karenakan pintu keluar stasiun berbeda dengan pintu masik stasiun. Muter2 sendirian malam2 selama satu jam, akhirnya saya menmukan hotel saya. Haaah….legaaaanyaa……..tapi perut keroncongan karena belum makan makanan berat. Baru masuk hotel saya sudah terkena semprot oleh resepsionis hotel karena saya pergi keluar hotel dengan membawa kunci hotel, seharusnya kunci gak boleh dibawa. . .huh mana saya tau. Saya mencoba mengetok2 kamar depan saya, dimana teman saya dari china menginap disitu juga tetapi datangnya lebih dulu saya karena dia masih ada keperluan di office seusai training. Shin Chao namanya, seneng banget ada teman ngobrol lagi…..karena kelaparan, saya ngajakin dia cari makan di sekitar hotel. Muter kemana2 tidak ada yang menjual makanan halal, adanya cuman restoran china……hampir saja saya putus asa. Tak sengaja aku melihat restaurant Kebab Turki yang berlabel Halal…..Wuihhh…..santapan nikmat nih. Tak pikir panjang saya langsung memesan kebab turki dengan potongan daging sapi, manteb coy….porsi bule besar bangets. Dan temanku hanya melihatku menikmati makan besar itu…hehehe….

Perjalanan pulang ke Tanah Air

Menginap semalam, keesokan harinya aku harus bangun pagi karena sudah pesan taksi bandara pukul 9 pagi. Pesawat saya Thai Airways penerbangan jam 2 siang. Seperti biasanya saya mencoba datang lebih awal di bandara agar bisa santai dan memilih tempat duduk di deket jendela. Begitu selesai Check-in, antrian menuju loket imigrasi mengular panjangnya hingga 100 meter. Di sebelah saya berdiri warga negara malaysia yang hendak pulang juga, saya sempat ngobrol dalam bahasa inggris walaupun kemudian kami sambung dengan bahasa melayu yang mirip dengan bahasa indonesia. Penerbangan 13 jam saya lalui kembali, transit ke thailand selama 2 jam. Saya benar2 merasakan kerinduan yang dalam pada Tanah Air Tercinta Indonesia……….Rindu akan keluarga, teman, makanan, dan juga udaranya yang hangat di kulitku.

Tiba di bandara Soekarno Hatta sekitar pukul 6 sore, rasanya saya sudah berada di eropa beberapa bulan lamanya. Benar2 petualangan yang mengagumkan bagiku dan tak akan pernah hilang dari ingatanku. . . dan sekarang, aku benar2 rindu kota Paris nan Indah itu.

4 thoughts on “Paris : My First Flight

  1. Bareng sama teman2 saja backpackeran ke Eropa, ada kok rencana ke Prancis, Spanyol dan Jerman. Mungkin tahun depan, sekalian nonton pertandingan final Liga Champions…..

    Pimpinan rombongannya Son dan Ervan, lihat aja kabar terbaru di blog ini terus. Kalau ada nanti kamu join aja sama mereka

    Bonek wae…

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s