HILA – HILA di KALDERA TENGGER KUNO


Bromo

Bromo

Saatnya pertunjukan utama……..

Kami kembali naik mobil untuk menuju Area Bromo. Perjalanan kali ini bisa dikatakan lebih cepat, karena hanya turunan saja. Terasa suasana yang penuh semangat dari kami ( apalagi yang belum sama sekali ke Bromo ) untuk segera “mendaki” Bromo.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba driver berhenti. “ Mau foto-foto dulu , Mas ? “ Sempat berpikir, tapi setelah melihat keluar ternyata panorama Bromo terlihat bagus. Kami pun turun untuk ambil foto. Rupanya ini adalah “ Penanjakan 2 “, sesuai papan yang di pasang di salah satu pohon. Sangat recommended untuk mengambil panorama Bromo dari angle lain.

Perjalanan pun dilanjutkan untuk mengejar waktu. Kami kawatir jika kesiangan, kami akan kepanasan saat di atas Bromo, walaupun saat itu kabut mulai menutupi jalan bromo – penanjakan. Ketika melintasi sisi barat Bromo kami dijelaskan oleh driver, bahwa gunung paling barat adalah G.Widodaren sedangkan yang paling depan ( paling utara ) adalah Gunung Batok. Rupanya gunung Batok inilah yang aku lihat sosok hitam besar saat awal melintasi area Bromo dini hari.

Begitu sampai di parkiran kendaraan, aku baru nyadar ternyata jarak menuju kawah Bromo lumayan jauh untuk jalan kaki. Gambaranku awal jarak antara tangga dan pura tidaklah jauh, ternyata kami harus jalan terlebih dulu sekitar 300 meter munuju tanjakan pertama. Dari tanjakan awal kita juga masih harus berjalan sekitar 500 meter.

Sebenarnya tidak berat bagi kami yang terbiasa mendaki gunung, hanya saja debu sangat mengganggu “strategi” pengaturan nafas kami saat mendaki. Kehati-hatian untuk tidak menginjak kotoran kuda juga sedikit menguras tenaga. Rintangan yang tak kalah berat adalah menahan bau kotoran kuda. Tidak jarang aku harus berhenti untuk ambil nafas. Ketika sampai di pangkal tangga, terlihat antrian yang memanjang, aku pun naik dengan semangat. Kepalaku mulai terasa pusing, mungkin kekurangan oksigen gara-gara menahan nafas dari debu dan bau kotoran. Setelah beberapa langkah naik tangga, langkahku terhenti, begitu pula beberapa orang di depanku. Ternyata ada seorang pengunjung yang sedang ambil pose untuk foto. Sialan pikirku ……. Kejadian itu terjadi beberapa kali, ada yang disebabkan pengunjung yang berhenti untuk sejenak istirahat, foto-foto ( lagi ?!! ) dan ada yang pingsan!. Seringnya berhenti ini membuatku buang-buang energy. Ternyata efek tidak rutin olahraga terlihat di sini. Nafas ku mulai tidak beraturan dan yang membuat ku “kecewa”, aku disalip Chimot.

Akhir sampai juga di “bibir” Bromo, 2392 mdpl, setelah melewat 253 anak tangga. Karena masih aktif gunung Bromo tidak ditumbuhi tanaman. Di dekat anak tangga terdapat pura kecil yang penuh dengan sesajen. Ku luruskan kaki terlebih dahulu untuk istirahat sejenak.  Kami pun mengamati beberapa orang yang sedang berdoa di dekat pura sambil menghadap kawah. Ada yang unik, terlihat beberapa orang yang sedang mengambili sesajen – sesajen yang dilempar. Orang – orang ini biasa disebut Merit. Menurut informasi , bagi Merit, sesajen yang dilempar ke kawah adalah makanan sisa – sisa dari roh – roh halus yang bersemayam di Gunung Bromo.

Luas Kawah Bromo sekitar 0,38 km2 dengan diameter ± 350 m. tebal bibir kawah tidak lebih dari 2 meter dengan elevasi dalam dan luar sekitar 60o. Dari sini aku bisa melihat sisi utara dinding kaldera Tengger Kuno. Memang Area Bromo ini seperti dibatasi oleh dinding tebing kaldera Tengger Kuno. Nama Tengger sendiri berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti “ berdiri tegak. Secara filosofis jawa, tengger bisa pula diartikan sebagai tenggering budhi luhur yang artinya sifat atau budi pekerti yang luhur. Selain itu juga terlihat Pura Luhur Poten, pusat peribadatan umat Hindu-Tengger. Bromo sendiri merupakan tanah suci (hila-hila) bagi umat Hindu. Nama Bromo berasal dari nama Sang Hyang Brahma, salah satu dari tiga dewa utama dalam kepercayaan Hindu,Dewa Pencipta, ada juga yang mengatakan dari Jawa Kuno yang berarti “ Api “.

Pura Luhur Poten

Pura Luhur Poten

Sekitar 1 jam kami menikmati pemandangan sekitar kawah Bromo. Namun ketika lagi asyik-asyiknya motret, lens cap-ku jatuh ke lereng kawah. Sialan…dalam hati pengen sekali memperjuanakannya, tapi logika menghadang. Jelas sekali jika aku mengambilnya, pasti akan tergelincir dan kemungkinan selamat hamper nol persen. Jadi ku ikhlaskan saja.

This slideshow requires JavaScript.

Mentari semakin tinggi , saatnya untuk pulang. Overall, bagiku,  Bromo adalah The Most Recommended Tourism Object yang harus kamu kunjungi. Harus !!!

Bromo Trivia :

  1. Lautan Pasir berada di sisi tenggara Bromo
  2. Bromo merupakan tempat meyembah Sang Hyang Swayambuwa ( Dewa Brahma )
  3. Dalam History of Java, Stamford Raffles mengatakan bahwa masyarakat Tengger hidup dalam damai dan keteraturan
  4. Berdasarkan prasasti Walandit tahun 851 Saka (929 M), kawasan Bromo – Tengger sudah berpenghuni sejak zaman Majapahit
  5. Ada informasi bahwa nama Tengger berasal dari paduan dua suku kata terakhir dari nama nenek moyang mereka,yaitu Rara Anteng (TENG) dan Jaka Seger (GER)

Foto by M@he, Agus & S0

2 thoughts on “HILA – HILA di KALDERA TENGGER KUNO

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s