LAWU (CEMORO KANDANG) : Mengais Sisa Semangat Persahabatan


LAWU

LAWU

Menuju SOLO BALAPAN

Berbekal pemanasan menelusuri tangga menuju bukit Boko kemarin sore, Aku dan Chimot semakin bersemangat untuk menakhlukkan gunung Lawu hari ini. Kami berangkat dari Hostel ( Rumah Mertua ) menuju pukul 05:00 menuju Stasiun Tugu by Taxi.

Sampai di Stasiun, kami masuk hanya bayar peron, karena kami mau menuruti Mantos untuk jadi penumpang gelap KA arah ke Solo ( hmm…. jahat sekali cara berpikir Mantos ). Namun akhirnya setelah dipikir masak-masak kami putuskan membeli tiket Pramex saja, dari pada malu semisal ada pemeriksaan. Melalui sms, Mantos membodoh-bodohkan kami.


SOLO BALAPAN

Kami sampai lebih dulu dari pada rombongan BEKAS1. Selisih setengah jam merekapun sampai juga. Urusan ke toilet selesai kami ber-6 langsung menuju warung Sop Daging depan stasiun.

Beberapa dari kami sempat habis 2 mangkok, termasuk saya. Maklum rasa dan suasana yang jawa banget sangat mendukung. Ada yang hanya satu mangkok tapi makan gorengan banyak sekali. Apalagi Purwo, dia menghabiskan beberapa tusuk sate favoritnya, sate usus, padahal makanan itu penuh kolesterol dan badan Purwo sendiri besar sekali.

Selesai sarapan kami langsung menuju Terminal Tirtonadi by becak untuk menuju Tawang Mangu

TAWANG MANGU – CEMORO KANDANG

Setelah sekitar 1,5 jam kami sampai juga di terminal Tawangmangu. Suasan pegunungan sudah mulai terasa. Di sini kami sempatkan untuk melengkapi perbekalan dan perlengkapan. Kami tidak ingin kejadian (dehidrasi) di Ciremai terulang kembali. Dari sini kami naik mobil omprengan untuk menuju Cemoro Kandang. Namanya juga mobil omprengan, mau berangkat kalo udah full.

CEMORO KANDANG

Pukul 11:00 kami sampai di gerbang pendakian Gunung Lawu di Jawa Tengah, Cemoro Kandang.  Karena sudah jam segitu kami memutuskan untuk makan siang dulu. Menu santapan siang kali ini adalah Sate Kelinci. Asalkan kami ga lihat saat kelinci itu hidup kami pasti doyan memakannya.

Semakin nikmat saja suasana pegunungan ketika perut kenyang ditambah kopi susu panas. Hmm…jadi malas naik gunung ( lho ? ). Tujuan lain kami menunda pendakian adalah sekalian sholat Dhuhur – Ashar. Wow ……. Dingin sekali air wudlu-nya. Musholanya lembab lagi …….

Selesai sholat kami pun memulai pendakian.

Saat perjalanan kami bertemu dengan beberapa orang berbaju batik. Salah satu dari mereka memperingatkan kalo ada apa-apa abaikan saja. Mistis juga ini gunung. Memang beberapa kali kami menemui tabur bunga yang biasanya digunakan untuk ziarah atau bakar kemenyan.

Awal perjalanan didominasi oleh pohon – pohon berbatang tidak terlalu besar. Sekitar 1,5 jam kami nyampai di Taman Sari Atas (2470 mdpl). Di sini kami sempatkan untuk istirahat sejenak. Dalam perjalanan menuju shelter 3, Penggik,  kami melalui pinggiran tebing. Kabut mulai turun. Hawa makin dingin.

LAWU Mates

LAWU Mates

Melihat Bintang JATUH

Pukul 17:00 kami baru sampai di Pos Penggik. Kami terlambat hampir 1,5 jam dari perkiraan. Aku putuskan untuk memakai sweater. Tulangku mulai ngilu. Perjalanan masih jauh. Kami harus segera mencapai Pos 4, Cokro Surya. Hari semakin gelap tapi langit begitu cerah. Aku duduk untuk menunggu semua berkumpul. Ketika semua berkumpul, menyandarkan beban. Di depan kami adalah jurang dengan panorama lampu  malam kota Sukoharjo dan sekitarnya. Dan keberuntungan kami datang, kami berenam melihat bintang Jatuh yang kemudian terbakar habis oleh ozon…. Sangat mengagumkan !!.

Setelah berjalan sekitar 20 menit sampai juga kami sebuah tanah lapang yang luas. Di situ terlihat bangunan. Yup.. Itu adalah Pos IV – Cokro Surya. Sayang sudah anda “penghuni”. Terlihat api di dalamnya. Gelak canda tawa sambil menikmati makan malam. Kami ber-6 sungkan untuk masuk. Kami pun duduk bareng, saling berdekatan di pojok samping-belakang Pos. Kami sangat kedinginan…..

Kita mulai meradang kawan, Kita sudah merana

Oleh cinta, rindu, harta, kemuliaan dan tahta

Namun keagungan-Nya menyalakan asa yang nyaris padam

Memandu kita tetap sebagaimana kodratnya

Di bawah seribu Bintang kita mengais sisa-sisa hangatnya persahabatan

Meski begitu picik, dingin angin menikam jasad

Meski terlalu licik, waktu melecehkan jiwa

Namun tiada jera kita menghina keterbatasan juga ketidakmampuan

Karena kita benar-benar tidak mau menyiakan waktu kebersamaan ini

Cukup lama kami “berpelukan” sampai persendian kami terasa kaku. Kemudian dengan sisa semangat yang dimakan rasa kantuk kami melanjutkan perjalanan. Mungkin karena karena sudah mulai mengantuk dan lapar, juga jalur yang penuh dengan kerikil, kami mulai gampang terpeleset. Padahal saat itu masih pukul 20:00.

Kami putuskan untuk ke puncak besok pagi. Setelah berjalan selama 30 menit kami pun menemukan tanah lapang yang penuh bebatuan kecil. Sebenarnya beberapa dari kami masih ada yang kuat untuk melanjutkan perjalanan. Kami perkirakan 45 menit lagi akan nyampe di Hargo Dalem, namun kami adalah team jadi demi kebersamaan dan kekompakan kami pun memutuskan untuk bermalam di tempat itu.

Setelah menikmati minuman hangat dan api unggun kamipun tertidur di dalam tenda….

2 thoughts on “LAWU (CEMORO KANDANG) : Mengais Sisa Semangat Persahabatan

  1. saya benar2 merindukan masa2 itu….
    rindu makan bareng di soto depan stasiun balapan…..
    rindu menyaksikan bagaimana kita bisa tega melihat hewan selucu itu kita makan dalam bentuk sate kelinci…..
    rindu bagaimana kita saling menghina lelah….
    rindu untuk bercengkrama dibawah langit penuh bintang dan dinginnya malam yang menusuk kalbu…
    rindu akan kebersamaan kita….
    lawu,18 juli 2009, tepat hari ulang taun dengan dan kado kaos dari S0

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s