Shanghai, Di Suatu Malam


Shanghai, satu kota besar di daratan China yang kami singgahi saat perjalanan Philipina – China – Hongkong – Macau. Via G-class Train dengan kecepatan hamper kurang lebih 300 km/jam, kami sampai di Shanghai sore hari jam 4-an. Sepeti biasa dengan sedikit tergesa – gesa kami menuju Hiker Youth Hostel. Pada hakikatnya memang hidup itu kadang harus dijalani tergesa – gesa untuk menggapai “sesuatu”.

Sungguh aneh sebenarnya, tujuan kami tu berlibur, refreshing , melemaskan urat syaraf otak namun tetap saja kami bertarung dengan waktu. Sehabis membersihkan badan kami langsung menuju landmark Shanghai. Bagi kami istirahat malah membuang waktu. Sebuah keserakahan yang mengacuhkan kemampuan fisik.

Di The Bund, arsitektural dunia barat begitu dominan seperti Romanesque, Gothic, Renaissance, Baroque, Neo-Klasik, Beaux-Arts, dan Art Deco. Bagai deretan Relikiu kematian Kolonial yang di tanah ideology komunisme. Deru laju finansial seakan terwakili dengan angkuhnya bangunan – bangunan tinggi itu. Di sebarang sungai Huang Pu , Pudong skyline berdiri anggun menghujam langit mengcengkeram bumi. Berbagai  lampu melukiskan cahaya warna – warni di kelamnya kanvas hitam malam.

The Bund, sedikit mirip lafalnyanya dengan “The Fund”. Di tepi jalan, berdiri sang banteng jantan, Charging BULL (WALL STREET BULL) simbol optimisme keuangan dan kesejahteraan. Tidak jauh darinya sang pemimpin China, Mao berdiri, seakan mengawasi setiap pergerakan ekonomi negerinya. Di sisi utara berdiri monument untuk menghormati para revolusioner yang mati pada perang opium pertama.

Laper, cari makan dulu ……………..

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s