Soera Ing Baia : Kisah Sebuah Nama


Soera Ing Baia

Soera Ing Baia

Pernahkah terbesit dihati kamu, darimana nama “ SURABAYA “ itu ?

Selama yang aku tahu nama itu berasal dari kata SURA dan BAYA dari suatu mitos perkelahian  hidup-mati Ikan Sura dan Buaya di sekitar Jembatan Merah. Namun ternyata tidak ada korelasi sama sekali antara nama Surabaya dengan dua makhluk itu. Berdasarkan literature tidak diketemukan padanan ikan Hiu dengan kata SURA. Dimungkinkan mitos itu lahir setelah lambang kota surabaya itu ada.

Nama Surabaya muncul di dalam prasasti Trowulan I, berangka 1358 M dimana dijelaskan  bahwa Surabaya (churabhaya) adalah  desa di tepian Sungai Brantas yang merupakan salah satu tempat penyeberangan penting sepanjang Sungai Brantas. Sebelumnya daerah ini disebut Ujung Galuh berdasarkan prasasti Kelagen, berangka Tahun Saka 959/1037 M yang dibuat pada masa pemerintahan Raja Airlangga. Raja Airlangga adalah raja yang memimpin masa kejayaan Kerajaan Kahuripan yang merupakan kelanjutan dari Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah yang runtuh karena bencana.

Menurut Sejarahwan Surabaya zaman Belanda, GH Von Faber, dalam karyanya En Werd Een Stad Geboren (Telah Lahir Sebuah Kota) Raja Kertanegara dari Kerajaan Singasari pada tahun 1275, mendirikan pemukiman baru bagi para prajuritnya yang telah berhasil menumpas pemberontakan Kemuruhan 1270 M.

Versi lain dikisahkan pada zaman Majapahit terjadi pertempuran antara Adipati Jayenggrono yang menguasai ilmu Buaya dan Sawunggaling yang menguasai ilmu Sura. Pertempuran itu berawal dari ”ketakutan” Majapahit terhadap perkembangan Ujung Galuh dibawah pimpinan Adipati Jayenggrono. Pertempuran 7 hari 7 malam itu terjadi di tepian Sungai Kali Mas. Keduanya tewas dalam pertempuran itu.

Mpu Prapanca juga menuliskan nama Surabaya dalam Pujasastra Negara Kertagama. Di dalam dijelaskan bahwa pada tahun 1365 Raja Majapahit, Hayam Wuruk beristirahat di muara kali brantas yang bernama Surabhaya, saat melakukan perjalanan wisata.

Dari sekian sumber, yang paling lemah adalah mitos perkelahian antara ikah Sura ( Hiu ) dan Buaya.

Jika kita ihat dari lambang lama kota Surabaya, tepatnya lambang Gemenete van Soerabaia atau Pemkot Surabaya yang lahir pada 1 April 1906 terdapat tulisan Soera Ing Baia pada pita. Menurut sejarahwan zaman Hindia Belanda J Hageman J Cz, dalam buku berjudul Soerabaia (terbit Februari 1864), tidak ada istilah Jawa yang menyebutkan Suro/Sura adalah ikan hiu. Namun dalam catatannya nama Sura digunakan sebagai nama pada beberapa daerah ( seperti Surakarta, Kartasura dan Suralaya) dan itu tidak ada hubungannya dengan ikan Hiu. Kata Sura juga terdapat pada nama pahlawan legenda Jawa. Beliau pun menyimpulkan , bahwa ‘SURA’ dalam semua penyebutan itu berarti BERANI, tidak ada kata lain selain kalimat itu. Dengan kata lain kalimat di pita lambang itu mempunyai arti ” BERANI MENGHADAPI BAHAYA ” dan sama sekali tidak berhubungan dengan ikan hiu dan buaya.

Kemudian yang masih menjadi misteri adalah : Apa Makna dari Ikan Hiu dan Buaya itu ?

5 thoughts on “Soera Ing Baia : Kisah Sebuah Nama

  1. salam kenal,,,langsung jatuh cinta sm blog ini,,cocok bngt buat sy yg sangat suka sejarah,siplah pokoknya……..

  2. salam kenal, trus klo yang adipati jayengrono vs sawunggaling sumbernya dr mna?……trimakasih sbelumnya! jwabannya sgat bermanfaat bgt pstinya!!!!!!!!!!!………….

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s