Pukul 02: sekian menit …. Aku terbangun. Kemarin saking capek dan dinginnya jadi males makan, sekarang lambung menjerit untuk diisi. Tubuh terasa bugar setelah tidur sekitar 4 jam. Apalagi “bertumpuk-tumpuk” dengan Chimot dan Purwo, suhu tubuh jadu terjaga.
Ku nyalakan kompor dan kurebus air mineral. Lama juga mendidihnya. Karena ga sabaran kumasukkan saja sebungkus Indomie rasa Ayam bawang. Sekitar 3 menit ku santap itu mie, ternyata kurang. Aku rebus lagi air dan menunggu biar mendekati mendidih.
Melihatku menikmati mie Chimot pun ikutan makan. Hmm……….. rasa bawang dan lada yang mantap di dinginnya hawa pegunungan.
Udah 03:30, kami semua mulai berbenah. Ada sedikit rasa malas untuk berkemas. Hawa dingin seperti menghasut kami untuk kembali berbaring. Ditambah lagi tulang-tulang ngilu dan tarikan nafas yang berat membuat kami harus lebih bersemangat.
Acara beres-beres udah selesai saatnya berangkat ke Puncak Argo Dumilah. Tapi.. Huueeekkk Sooorrr…. Wow Ervan muntah. Dia sakit ternyata. Masuk angin mungkin. Kami kasih dia Antangin JRG dan beberapa permen antangin. Merasa sudah siap untuk mencapai Puncak, Ervan pun bangkit dan bersama-sama mulai mendaki puncak.
Kami memutuskan untuk langsung ambil shortcut ke Argo Dumilah tidak mampir ke Argo Dalem. Kami takut ketinggalan sunrise. Jalur yang kami ambil mempunyai elevasi hampir 60o . Kondisinya sendiri berbatu jadi kalo tidak hati-hati akan terpeleset. Untung ada bebrapa akar pohon yang bisa dijadikan pegangan.
Saat pendakian puncak aku sering menengadah. Aku lupa kalo Gunung Lawu adalah gunung udah lama “mati suri”. Pikiranku puncak sudah dekat jika bayangan hitam pepohonan tidak lagi terlihat. Tapi sudah hampir 20 menit masih saja bayangan pohon. Nafas mulai tersenggal dan kepala terasa pusing.
Sayup – sayup terdengar canda tawa. Sekelebat bendera terlihat. Yess …. Itu puncak. Aku pun berteriak member semangat pada yang lain bahwa puncak sudah dekat. Aku terus lanjutkan perjalananku. Yaah.. ternyata sudah berpuluh-pulun manusia ada di sini. Puncak Lawu benar – benar full. Karena terlalu full dan tidak kondusif untuk menimati sunrise kami ber enam pun turun ke tempat yang lebih rendah dan menghadap timur. Akhirnya kami menemukan spot sepi yang tidak terhalang pepohonan cocok untuk menikmati keberhasilan “memuncaki” Puncak tertinggi Wukir Mahendra ( nama lain G.Lawu) , Argo Dumilah 3265 mdpl.
Mung kedah sangu prasaja
Anggladhi wadining jaman
Sarwa cepet glibeting jalma
Ngoyak betah butuhing donya
Isa kasupen margine balen
Ngupyek jrone wadaging prasasat
Ora kaduman cekap cekaing wedal
gunung ku kuwi.. wukir mahendra.. wekekekke
chimot like this….:)
ini gunung yg paling deket sama rumahku euuuyyy, ..tapi blom pernah naek pake kaki..:p
Awakmu wong Ngawi tho ?