Satu Malam, Setiba di Macau


Goodbye Hongkong. Ku ucap dalam hati tanpa rasa puas. Di balik kaca ferry yang keruh masih bisa terlihat skyscrapers yang seakan menusuk langit mendung. Tidak kupingkiri kota itu mendeskripsikan begitu besar hasrat manusia untuk menakhlukkan dunia.

Dan 1-2 jam ke depan, dengan kapal ferry, kami akan sampai di suatu “Negara” yang juga melambangkan kesombongan manusia. Tentu saja tempat maraknya pertikaian antara keberuntungan dan kesialan. Macau……

Sampailah kami di Maritimo Macau Ferry Terminal. Tidak terlalu besar tapi bersih dan informative. Brosur pariwisata lengkap dengan map beserta rute bus kota dalam berbagai bahasa sangat mudah di dapatkan. Karena males ribet , kami memutuskan menggunakan taxi untuk menuju hostel.

Selama dalam Taxi kami sedikit dibuat terkesima dengan gemerlap kota ini. Apalagi ketika kita baru sadar kalo kita sedang melaju di lintasan balap Gran Prix F1 yang membentang dalam kota Macau. Bangunan Grand Lisboa, Casino,Torre de Macau juga tak lepas dari mata liar kami.

Seperti halnya Hongkong, cukup sulit menemukan penginapan dengan harga yang murah. Untung Chimot menemukannya dari rekomendasi “buku saktinya”. Selain murah , lokasinya sangat strategis dengan main attraction. Yaitu San Va Hospedaria di Rua de Felicidade. Meski berlokasi strategis, driver taxi kami sempat kesulitan menemukannya.

Seperti kesepakatan kami, malam itu juga ,setelah check in, kami akan langsung menuju Senado Square dan St. Paulo. Alasan kami adalah menikmati suasana malam, secara besok sore kami harus menuju Singapore.

 Suasana sekitar penginapan kami lebih sedikit “natural” dari pada saat di Hongkong. Tidak crowded. Nilai plus nya lagi, untuk menuju Senado Square cuman butuh waktu 10 menit jalan kaki santai.

Senado Square sendiri bisa dibilang semacam alun – alun dengan bangunan berarsitektur Portugal. Sejarah bercerita kalo dulunya merupakan pusat koloni Portugal dimana di depannya terdapat bangunan yang bernama Leal Senado, yang dulunya merupakan kantor dewan pemerintahan kota semasa Portugal bercokol di Macau.

Di bagian depan Senado Square terdapat air mancur sebagai pengganti keberadaan patung Mequita yang dihancurkan oleh masyarakat Macau , karena diduga Mesquita mempunyai andil besar dalam pembantaian tentara China dinasti Qing.

Saat ini Senado Square tidak lebih dari “Mall” outdoor di area bersejarah. Karena banyak outlet – outlet  dan restaurant. Tapi bagaimana pun tetap layak untuk dikunjungi. Kami hanya mampir sejenak di Mc’D beli kentang goreng sekedar ngisi perut yang baru pagi tadi terisi nasi.

Kami melanjutkan langkah kaki menuju St. Paulo. Hanya 10 menit jalan kaki. Tapi akhirnya jadi hamper satu jam karena kami tergoda untuk melihat dan membeli aneka souvenir ( termasuk topinya Ace dan Arale)yang dijual sepanjang jalan menuju St. Paulo.

Setelah cukup puas jeprat – jepret Ruin St. Paulo, juga dililit rasa lapar kami pulang menyusuri lorong kota tua itu untuk mencari Pizza Hut ( yang ternyata tutup) . Dan sekali lagi tidak lupa mampir ke “objek “ paling sering kami kunjungi selama di manca Negara….. 7 Eleven :p

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s