Dalam kurun waktu hampir 3 tahun ini kami baru melakukan backpacker bersama – sama ke luar negeri sebanyak tiga kali. Meski baru tiga kali tapi 11 negara kami hinggapi. Pertama , bulan Mei 2009, Thailand – Malaysia dan Singapore. Kedua, pertengahan Desember 2009, Vietnam – Kamboja – Thailand dan Laos. Ketiga adalah Filipina – China – Hongkong – Macau dan Singapore, baru kemarin, akhir Oktober 2011. Di tahun 2010, kami berencana ke Myanmar, sayang rencana itu gagal karena masalah visa yang akhirnya kami terpaksa menghabiskan waktu di Malaka, Malaysia.
Dari semua perjalanan itu bisa dikatakan mendadak, meski tidak terlalu mendadak juga. Berawal dari keinginan kemudian browsing tiket murah, berdiskusi waktu yang tepat untuk bisa bersama juga objek – objek yang wajib dikunjungi, kemudian dibelilah tiket. Semua itu tidak lebih dari dua minggu. Tanggal keberangkatannya pun tidak terlalu terpaut jauh dari tanggal pembelian. Paling jauh adalah tidak sampai 3 bulan. Kami tidak pernah membeli tiket dimana keberangkatannya lebih dari 3 – 4 bulan dari pembelian. Kenapa ? kami bukan tipe orang sabaran dan terlalu “diperbudak” promo tiket murah. Apakah kami kaya ? belum, kami masih bekerja untuk makan satu bulan kedepan dan hampir semua karena ada tiket promo :p. Satu lagi, kebetulan bebarapa tidak memerlukan pengurusan visa terlebih dahulu, kecuali China.
Tidak ada yang istimewa dari perjalanan tersebut kecuali karena ada sahabat – sahabat dekat disamping. Meski perjalanan itu menyenangkan, pertikaian kadang kala muncul bila ada hal – hal sepele kemudian menjadi suatu hal yang fundamental. Biasanya soal perut dan soal lidah. “ Aku ga doyan masakan itu !!! “ . “ Saya lapar “. “ Kita cari yang halal “, “ sehari itu cukup 30 ribu rupiah !!“ dsb.
Pernah juga karena kesalahan baca peta. Yang satu ngotot ke utara, yang lain merasa jalurnya harus ke Timur dulu baru ke utara.
Rasa lelah kadang juga menghasut rasa kebersamaan. Saat yang lain lagi asyik pilah – pilih buah tangan, karena memang dititipin atau sekedar pengen membelikan, dan itu ternyata tidak sadar memakan waktu yang menurut yang lain lama. Letih tidak sabar akhir ditinggal saja. Itu juga kadang terjadi di salah satu objek wisata, kadang muncul kejengahan diantara kami ketika salah satu dari kami masih asyik menikmati yang lain sudah bosan mau ke objek selanjutnya.
Tidak jarang rasa jengkel itu mempengaruhi perjalanan kami. Suasana jadi kaku. Untungnya tidak berlarut – larut. Kami saling mengenal satu sama lain meski perkenalan kami baru berusia tidak lebih dari satu dekade.
Itulah dinamika melakukan perjalanan bersama sahabat. Miniatur kehidupan, tidak selamanya kebahagiaan itu menyertai kita. Merancang desain sebuah pesta lebih menyenangkan daripada saat pesta itu berlangsung. Tapi pesta itu akan semakin terasa berharga ketika mendekati akhir.
Btw, ada yang kurang dari semua perjalanan kami. Kami ke sana tidak lebih dari menuliskan prasasti virtual “ I’ve been there “ ……. Memalukankankah ? Tidak, hanya saja tidak ada yang perlu dibanggakan. Kami menyadari itu. Kami hanya ingin melihat dunia diluar sana, meskipun tidak sempat mengenalnya lebih dalam.
Sungguh beruntung bagiku memiliki sahabat – sahabat yang nekat, dan kadang kala tidak sengaja /sadar “persetan” dengan keluarga. Yang penting bersama sahabat.
Dan persahabatan adalah awal dari semua ini……………..
persahabatan bagai kepompong..
sahabat untuk selamanya