GALUNGGUNG


Tahun Ajaran 1991 – 1992, saat itu aku kelas 3 SD, untuk pertama kalinya menulis dengan bolpoint, aku mendapatkan mata pelajaran baru. Namanya IPS, Ilmu Pengetahuan Sosial. Di mata pelajaran itu ada sub bab yang membahas tentang geografi, termasuk pegunungan. Dari situlah aku mengetahui sebuah nama gunung yang pernah meletus hebat di tanah priangan, Galunggung.

Gunung setinggi 2167 mdpl ini terletak di wilayah Tasikmalaya. Sekitar 2 jam dari kota Garut, melewati daerah Singaparna. Aku ke sana saat hari ke-2 lebaran bersama rekan kerjaku, Ihsan dan Apep.

Tahun 1982 merupakan tahun terakhir gunung ini meletus. Rekan – rekan kerjaku asli Garut sering membicarakan kehebatan letusannya. Aku bisa sedikit membayangkannya , karena saat masih kelas 1 SD, aku mengalami gunung kelud meletus.

Galunggung juga merupakan nama sebuah kerajaan. Keberadaannya di tulis dalam sebuah prasasti Geger Hanjuang bertahun 1111 Masehi. Kerajaan ini lebih cocok jika disebut Kebataraan, dimana lebih memberatkan pada bidang keagamaan, kebatinan dan spiritual. Pemimpin nya bergelar Batara yang mempunyai kekuasaan istimewa yaitu mengabisheka/mentasbihkan/inisiasi Raja – raja di tanah Sunda. Kerajaan ini hanya bertahan dengan 6 Raja keturuan Batari Hyang.

Anyway… Kami sedikit mengalami kesulitan saat perjalanan menuju kesana. Tanda arah tidak terlalu jelas kondisi jalan pun tidak bagus. Bertanya adalah hal yang sering kami lakukan saat itu hingga akhirnya sampai juga di pintu masuk wisata alam Galunggung. Dengan IDR 4000 /person kami memasuki area wisata. 5 menit kemudian ada pos lagi. Pos untuk tiket parkir ……. IDR 2000. Sungguh aneh, kenapa ga disatuin saja ?

Menelusuri jalanan dimana hutan begitu rindang, dingin dan sejuk. Ke arah barat laut terlihat tangga menuju bibir kawah Galunggung. Infonya berjumlah 622 anak tangga. Begitu sampai kami kesulitan mencari lahan parker. Kami pun memutar balik ke area yang lebih bawah agar bisa memarkir mobil.

Perjalanan menuju puncak pun dimulai, 200 meter tingginya dari area parkir. Sindrom awal naik gunung pun kumat. Mual dan kebelet B-ol. Aku berhenti sejenak setelah beberapa anak tangga untuk mengatur irama jantung yang kacau. Dua kali aku berhenti ………… sedangkan yang lain sudah sampai atas.

Beberapa menit kemudian sampailah aku di bibir kawah Galunggung yang sudah banyak berdiri warung penjaja makanan ringan dan minuman. Terlihat danau kawah berwarna hijau. Di sebelah Selatan terdapat Pintu Air yang mengatur volume danau tidak lebih dari 1 juta m3. Jauh ke arah barat ada surau kecil warna putih. Di tengah kawah juga terdapat warung sementara. Kemudian ku pun memutuskan untuk turun ke kawah. Tidak ada tangga, hanya jalan setapak yang curam…

Aku teguk segelas susu coklat

Hangat tapi tak sehangat cintanya

Apa yang sedang terlintas di jiwa

Cepat namun membekas

Ah… bisa – bisanya aku tega menyanyat

 

Aku menyanyikan tangisanya

Aku mempuisikan tawanya

 

Sejuta sajak bercerita tentangnya

Ditulis di lembaran waktu oleh jemari takdir

Jelas disitu ada kata bahagia

 

Namun aku adalah putra dari kekacauan

Kekacauan sistematis

Yang diaduk oleh lengan takdir

 

Seperti magma yang mendendam

Di bawah kulit kawah

 

Ah… bisa – bisanya aku tega menyanyat

Catt :

  1. Tiket Masuk IDR 4000/person , parkir IDR 2000
  2. Di bulan awal – awal Tahun 2012, Galunggung sempat menunjukkan aktifitas vulkanik hingga berstatus waspada.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s