Lebih dari lima tahun aku pernah kuliah di Surabaya, namun belum pernah aku menyentuhnya. Aku hanya sekedar melihat setiap melintas.
Tugu Pahlawan, bangsa ini menyebutnya. Sebuah prasasti untuk mengingat betapa gilanya para pemuda di kota ini untuk mempertahankan sebuah republic muda yang berdiri hanya dengan modal secarik kertas proklamasi dan semangat untuk kemerdekaan. Mereka nekat melawan salah satu jawara Perang Dunia II, Inggris dengan 5th Indian Division-nya, hanya dengan senjata rampasan dari tentara – tentara Jepang. Sampai sekarang masih belum jelas siapa pemrakarsa pembangunannya. Soekarno atau Doel Arnowo ( walikota Surabaya saat itu ).
Tugu ini berdiri di atas lahan yang dulunya adalah kantor Raad Van Justitie (pengadilan) yang kemudian berubah menjadi markas Kampetai di masa penjajahan Jepang. Bangunan itu hancur saat revolusi fisik bulan November 1945. Meski ada beberapa pertentangan, pada tanggal 10 November 1951. Soekarno meletakkan batu pertama. Tanggal 20 Februari 1952, pembangunan pun mulai dilaksanakan.
Desain monument itu menyiratkan angka – angka peristiwa. 10 lengkungan pada badannya, 11 bagian dan tinggi 45 yard (41,13 meter), adalah “pahatan” untuk melambangkan 10 November 1945.
Dibangun dengan menghabiskan dana sebesar 500 juta rupiah (saat itu), Tugu Pahlawan bisa dikatakan tidak sempurna. Rencana awal setinggi 45 meter, namun karena pertimbangan teknik menjadi lebih pendek. Tugu ini pun sedikit miring. Ada yang berpendapat merupakan sebuah hasil kerja yang acak-acakan. Meski begitu, monument yang awalnya hanya dianggarkan 400juta rupiah ini telah menjadi symbol perlawanan anak-anak bangsa yang sungguh ikhlas menyerahkan jiwa dan raga untuk Ibu Pertiwi.
Dan semoga patriotism itu masih ada dan terus akan ada di dada para anak negeri ini………….. terutama mereka yang sedang memperkosa Ibu Pertiwi