Ini pertama kali aku ke Sulawesi setelah sekian puluh tahun hidup di Negara ini. Dan provinsi yang kukunjungi adalah Sulawesi Selatan. Makassar dan Tana Toraja adalah beberapa daerah yang harus disinggahi selagi di Sulawesi. Aku sudah ke tempat – tempat itu, sekarang giliran ke sebuah pantai yang terkenal dengan nama Tanjung Bira.
Ku baca dari beberapa blog untuk menuju ke Bira ada beberapa alternatif, salah satunya menggunakan angkutan umum yaitu Bis yang hanya sekali dalam sehari dan omprengan. Namun aku lebih memilih untuk cater mobil dan mengemudikannya sendiri. Berbekal rekomendasi teman aku mendapatkan mobil Avanza tanpa sopir.
Aku nekat saja meskipun aku tidak mempunyai SIM A. Rute menuju kesana pun belum pernah juga. Tapi dengan berbekal iPhone dan ada teman, aku yakin sampai di Bira.
184 km aku tempuh dalam waktu kurang lebih 6 jam perjalanan. Aku start dari Makassar pukul 03.00 dini hari. Dalam perjalanan aku harus hati – hati berperilaku dalam berkendara. Kecepatan maksimal ku tahan di 70 – 80 km/jam. Terus terang hati was – was, siapa tahu ada razia dari Pak Polisi. Deg-degan tapi tetap fokus untuk keselamatan. Setiap melihat kantor polisi, pos polisi apalagi Pak Polisi, jantung terasa semakin cepat memompa darah.
Selain kewaspadaan berlebihan terhadap Pak Polisi, redupnya malam menjelang pagi sedikit membuatku kesulitan membaca tanda arah. Sesekali masuk ke arah yang salah. Untung ada teman ngobrol jadi bisa kembali ke track seharusnya. Tidak jarang rute menuju Bira mengikuti garis pantai. Jadi sambil menyetir, aku menikmati kilau surya yang membuka tirai lembayung malam dengan lengan – lengan fajar.
Sesampai di Bira, tanpa membuang waktu aku dan teman – teman langsung menuju hotel untuk meletakkan barang – barang dan sekejap saja lanjut menuju spot wisata : Pulau Kambing, Pulau Liukang Loe dan Pantai Bara. Cukup dengan 250 ribu IDR, kami bisa sepuasnya kemana saja dengan perahu sewaan.
Spot pertama adalah Pulau Kambing. Pulau yang hanya dihuni oleh kambing. Di sekitar pulau inilah ada taman laut yang indah. Tidak hanya snorkeling tapi kalau perlu diving. Sebenarnya aku ini tidak bisa berenang, tapi karena temanku ngebet pengen snorkeling aku ikut aja. Berbekal nekat juga aku pun ikutan nyemplung. Sempat aku terbawa arus dan menjauh dari perahu. Aku panik banget. Entah berapa liter air yang masuk ke hidungku. Perih banget. Akhirnya aku cuman berani menikmati terumbu karang dari dekat perahu saja. Yang dekat perahu saja terlihat sangat menawan apalagi yang lebih jauh. Sayang gentarku sudah terlalu erat mendekapku. Sialnya lagi ga bisa dipotret.
Setelah puas ber-snorkeling perahu kamipun menuju
. Tentu saja untuk makan siang. Dari info penjual souvenir di Pantai Bira, hanya di pulau inilah bisa ditemui makanan seafood. Sedangkan di Pantai Bira hanya dijual mie cup instant. Bisa – bisa sakit typhus kalau makan mie cup lagi, secara tadi pagi sudah sarapan mie cup. Ada beberapa macam ikan yang bisa dipilih, namun tidak tersedia lobster dan kepiting, padahal itu sea food favoritku. Tidak apalah dalam suasana bahagia dan gembira makan apa saja terasa nikmat, apalagi senyuman teman dan orang – orang disekitar bagai penyedap rasa.