Baru tahu aku jikalo dari Babelan bisa menembus Jakarta, tanpa harus ke kota Bekasi dulu. Memang jalannya agak sempit, tapi ga macet. Daerah terdekat dengan Babelan adalah Marunda. Di marunda inilah terdapat rumah yang diklaim sebagai rumah Si Pitung. Butuh satu jam perjalanan untuk menuju ke sana.
Hari itu selepas inspeksi pekerjaan, aku diajak Pak Nurdin Marunda. Kebetulan ujung feeder Segara menyuplai beberapa pelanggan PLN di Marunda. Selepas dari Tarumajaya, sampailah kami di jalan yang lebar, berdebu, panas dan banyak truck besar. Ya… inilah Marunda, sisi utara Jakarta dimana laut seakan berkawan dengan terik matahari.
Sebelum Rumah Si Pitung tersedia tempat parkir kendaraan. Dari situ kita cukup jalan kurang lebih 100 meter.Di gerbang rumah terdapat petugas penunggu buku tamu. Sambil meminta kami mengisi buku tamu di berkata “ Seikhlasnya, Pak “. Persis gaya preman, tanpa senyuman dan melihat kami sekenanya, hanya saja berpakaian hijau , khas PNS hari kamis. Bosan kali dia menunggu sebuah tempat yang sepi, panas pula. Setelah dikasih Rp. 10.000 pun tak ada ucapan terima kasih apalagi mempersilahkan.
Ada tiga bangunan di komplek ini. Semuanya terbuat dari kayu bercat merah dan berbentuk tidak mirip dengan rumah khas betawi. Semua bergaya rumah panggung Phinisi Bugis. Dari ketiga bangunan tadi hanya satu bangunan yang dibuka.
Secara kasat mata rumah ini mempunyai semua ruang sesuai fungsi. Ruang tamu, ruang tidur, ruang makan dan dapur. Tinggal kasih peralatan elektronik siap huni deh hehehe….. Papan informasi berukuran kecil dipasang di dinding kayu. Terlalu kecil untuk dibaca, apalagi kontennya padat. Ada beberapa lukisan yang tidak jelas lukisan lama bernilai tinggi atau sekedar pajangan murahan.
Kalo dari cerita rumah ini hanya sebagai tempat persembunyian Si Pitung kala diburu oleh Kompeni. Bukan rumah tinggal. Dulu sebelum jadi cagar budaya, rumah ini milik Haji Saefudin. Tidak jelas hubungan antara mereka.
Memang tokoh ini cukup controversial. Dari sisi Belanda beliau adalah perampok dan pencuri. Korbannya tidak hanya warga Belanda tapi juga pribumi. Bagi masyarakat Betawi adalah tokoh yang penuh warna, seorang pahlawan. Beliau hanya merampok konglomerat untuk dibagikan ke rakyat miskin