Kuletakkan segera Novel berjudul The Lost Symbol di atas kasur begitu Bapak memanggil namaku. Ku hampiri beliau yang ternyata juga sibuk dengan buku Novel yang bercerita tentang zaman Mataram Islam.
“ Kenapa kau memilih rute Atlantik dan pulangnya rute Pasifik ? apa kau ga pernah nonton TV ? koran pernah baca ga ? “
“ Coba kau liat Egypt Air. Baru saja hilang itu ….. “
“ Kita lewat jazirah arab khan ? “
“ Ada ISIS di sana ….. “
Pertanyaan beliau bertubi-tubi hingga aku tidak sempat mencerna apalagi memikirkan jawabannya. Berawal dari mempertimbangkan harga tiket yang murah , sama sekali pikiranku sejauh mempertimbangkan potensi keselamatan. Jujur aku sudah lama tidak menghiraukan semua media masa. Tidak menarik dan kadang meragukan tentang kemana netralitas jurnalistik suatu pemberitaan saat ini.
Tapi pertanyaan itu sekejab membuatku ketakutan sekaligus senang. Takut mati karena pesawat ditembak, senang karena baru sadar aku punya kesempatan mengelilingi bumi. Benar – benar mengelilingi bumi secara harfiah. Start Jakarta – Samudra Hindia – UEA – Eropa – Greenland – Samudra Atlantik – America – Samudra Pasifik – Jepang – Jakarta. Benar – benar ketidaksengajaan, secara dasar aku beli tiket adalah yang paling murah dan paling cepat durasi perjalanannya.
Waktu perjalanan mencapai 24 jam dengan waktu transit 5 jam di Abu Dhabi. Waktu 5 jam itu habis buat melewati imigrasi Amerika. Ya, beda dengan Negara lain dimana kita baru melewati imigrasi setelah tiba di Negara tujuan, jika kita ke Amerika via UEA maka pemeriksaan di imigrasi di UEA. Sebegitu dekatnya hubungan diplomatis dua Negara ini. So setiba di bandara Dulles – Washington sudah tidak ada lagi pemeriksaan imigrasi. Pemeriksaannya pun begitu ketat hingga alas kaki pun harus dilepas. Begitu ketatnya pemeriksaan tak heran jika memakan waktu yang cukup lama. Pemeriksaan barang bawaan ada di lantai 2, sedangkan pemeriksaan dokumen dan stempel ada di lantai 1. Selesai pemeriksaan naik lagi ke lantai 2 untuk boarding.
Perjalanan dari Abu Dhabi – Dulles tidak ada yang istimewa. Waktu terasa berjalan lambat dan hanya melihat bentangan biru langit. Istimewanya mungkin ada, yaitu perasaan was was ketika pesawat ini sedang melintas jazirah Arab. Phobia ISIS jelas terasa lebih mengkawatirkan daripada ketika sedang melintas Atlantik, padahal resikonya sama saja.
17.00 waktu Amrik, tiba juga dengan selamat di negeri Uncle Sam.