Rupanya ini Bandara yang menjadi titik awal petualangan Robert Langdon di novel The Lost Symbol, Washington-Dulles International Airport. Sebuah bandara international yang dimiliki oleh Metropolitan Washington Airports Authority.
Seperti yang telah kuceritakan sebelumnya, setiba di bandara ini tidak ada lagi imigrasi dan kami langsung bisa menuju ke Arrival hall dengan menggunakan kereta. Saat itu kereta sangat sepi penumpang, hanya 3 orang dalam gerbong. Tidak terkesan sebagaimana international airport yang selama ini aku lewati, ramai . Padahal infonya bandara ini merupakan bandara tersibuk di Mid-Atlantik luar wilayah New York.
Sampailah kami di Arrival Hall bandara yang pernah mendapat penghargaan Twenty-five Year Award oleh American Institute of Architects (AIA). Apa itu Twenty-five Year Award? Semacam penghargaan untuk bangunan yang tetap berdiri meski berusia 25 – 35 tahun. Padahal rumahku yang di Blitar masih berdiri tegak sejak aku umur 6 tahun, harusnya dapat juga … hehehehe
Karena kami berdua adalah backpacker jadi tidak perlu ribet nungguin barang bagasi. Tinggal nunggu Lyox saja. Sayang entah kenapa HP tidak bisa connect free wifi, jadi aku kesulitan memastikan dimana meeting point. Memang aku sudah berjaga pulsa 700rb untuk hal – hal mendesak, tapi kukira ini ga terlalu mendesak. Satu lagi …….. kenapa tidak terlintas di pikiran aku beli nomor local, atau mungkin saat itu aku terlalu berhemat. Maklum aku cuman bawa uang USD 400.
Akhirnya bertemu juga dengan Lyox. Seperti biasa penuh semangat dengan jaket, tas dan topi berwana merahnya. Kamipun langsung keluar dari Hall untuk menuju ke pusat kota.
Jarak dari Bandara Dulles ke Washington sekitar 26 miles. Untuk menuju kesana dengan murah menggunakan Bus lalu disambung dengan MRT. Memang MRT ke arah bandara belum ada. Saat ini masih dalam tahap pengerjaan dan direncanakan beroperasi tahun 2020. Sedangkan staiun terdekat adalah Rosslyn. Kami menunggu Bus di Halte yang cukup terbuka. Cuaca saat itu hujan gerimis dengan angin yang lumayan membuat aku jadi kebelet pipis.
Sebenarnya aku berencana membawa jas biru kesayangan. Hangat dan stylis (namun menghabis space tas), cocok buat foto – foto di bangunan –bangunan di Washington yang berarsitektur gaya Pantheon. Tapi karena kata Lyox musim panas dan ga perlu bawa jaket tebal, maka akhirnya aku cuman bawa 1 (satu) jaket merah nan tipis. Kurang lebih 30 menit akhirnya Bus 5A datang juga. Aku masuk segera namun jari – jari dingin hujan seperti masih mampu menggapai tulangku meski pintu Bus telah tertutup dan meninggalkan bandara yang namanya diambil dari nama Sekretaris Negara ke – 52, John Foster Dulles di era pemerintahan Presiden Dwight D. Eisenhower.
Sekitar 30 menit sampailah di Rosslyn Station di Clark Crossing Park. Sepi sekali stasiun ini. Lampunya pun temaram membuat kesan dinding tebal itu suram namun kokoh. Serasa menyusuri lorong kuno, kami menuruni ekskalator sepanjang sekitar 15 meter. Struktur dindingnya jauh dari kesan modern. Dan memang ini merupakan stasiun yang beroperasi sejak tahun 1977, karena itulah kesannya jadul. Btw untuk menuju ke Washington kami menggunakan Silver Line arah Largo Town, meskipun menggunakan Blue Line dengan arah yang sama juga bisa.
Sampailah di Capitol South Station, yang dikelilingi oleh perkantoran pemerintah. Stasiun ini merupakan stasiun terdekat dengan Gedung Capitol dimana Senat dan Dewan Perwakilan berkantor. Dengan kata lain juga dekat dengan Museum Nasional dan bangunan – bangunan monumental lainnya. Meski masih suasana terang , tapi waktu sudah di angka 7 pm, seperti masih jam 3 siang saja.
Kami berjalan kaki menyusuri jalan C St SE. Samping kiri berderet rumah seperti di film – film , sedangkan di kanan berdiri perpustakaan kongres – James Madison. Hanya satu blok , kami pun sampai di Hotel Capitol Hill.