Sesuai rencana sehari sebelumnya, hari ini aku coba jalan – jalan santai di kota Medan.
8.40 – 08.50
Bihun Bebek Asie (08.50 – 09.22)
Aku naik Ojol menuju tujuan pertama untuk sarapan di Bebek Bihun Asie. Kedai ini merupakan kedai sarapan, buka jam 07.00 sampai 11.00 saja. Lokasi di Jalan Kemango deket dengan Stasiun Medan. Aku pesan satu porsi dan jeruk markisa hangat dengan harga 95 ribu ( wow so pricy ). Tapi menurutku worthy, dengan porsi sebanyak itu dan daging bebek yang banyak nan empuk.
09.22 – 09.52 ( 2.000 km) – Jarak Bihun Bebek Asie s.d. Istana Maimun
Selepas makan aku berjalan ke arah Medan Merdeka untuk menyempatkan memotret salah satu bangunan tua tersohor di Medan, London Sumatera Tbk. Kemudian aku jalan kaki menyusuri Jalan A.Yani ke arah selatan menuju Istana Maimun. Jarak dari Bebek Asie sekitar 2 km .
Sepanjang jalan A Yani banyak didominasi bangunan Tua, dan beberapa masih digunakan. Dalam perjalanan melewati Tjong A Fie Mansion. Rencana nanti sore jam 15.00 an aku mengunjunginya.
Istana Maimun (09.52 – 10.27)
Ekspektasi besar hampir lenyap seketika begitu sampai di Istana yang selesai dibangun tahun 1891 ini. Secara akses sangat terbatas. Dalam bangunan yang boleh diakses lebih banyak baju dan aksesoris yang disewakan dari pada informasi sejarah tentang Kesultanan Deli. Papan Informasi ada , namun malah terletak di samping dan terkesan tidak perlu ditampilkan. Biasanya aku butuh 1,5 jam lebih untuk menikmati sebuah bangunan bersejarah, ini hanya 10 menit. Di dalam bangunan ini hanya terpampang beberapa foto, sedikit furniture dan sebuah singgasana yang diletakkan tidak di tengah dan sepertinya hanya untuk latar belakang foto saja. Memang jika dipikir , main attraction dari Istana Maimun ini adalah foto berbusana daerah Sumatera Utara bukan informasi sejarahnya. Kondisi bangunan kurang terawat dan tidak terjaga kerapiannya. Sampah , rumput Panjang dan perabot “penghuni” yang tidak rapi membuat Istana yang harusnya cantik nan megah ini semrawut.
Saat ini Istana Maimun “dikuasai “ oleh Raja Deli XIV dengan gelar Seripaduka Tuanku Sultan Mahmud Lamantjiji Perkasa Alam yang bertahta sejak 2005.
Tiket Masuk : Rp. 10.000,-
Sewa Busana Daerah : Rp. 20.000/baju
10.27 – 10.34 ( 600 meter ) – Jarak Istana Maimun s.d. Masjid Al Mashoen
Masjid Al Mashoen (10.34 -10.57)
Aku melanjutkan jalan kaki menuju Masjid Al Maksun. 7 menit sampailah di depan gerbang. Di sini kita mengisi buku tamu dan diminta infak.
Di Tahun ini Masjid Al Mashoen berusia 110 tahun. Salah satu masjid tertua di Medan ini dibangun anatar 1906 – 1909 pada masa pemerintahan Sultan Ma’mun Alrasyid Perkasa Alam. Arsitek masjid ini sama dengan arsitek Istana Maimun, Theodoor van Erp. Tidak heran bila ada kesamaan gaya arsitektur ( eropa dan timur tengah ) yang diimplementasikan di kedua bangunan tersebut. Meski begitu Masjid ini lebih terawat dan bersih, jauh dengan kondisi Istana Maimun
Sekilas masjid yang infonya juga didanai oleh Tjong A Fie ini mirip dengan Masjid Baiturrahman Aceh , namun secara luas bangunan, Masjid ini tidaklah terlalu luas untuk disebut sebagai masjid raya.
Kulihat HP, Waktu sholat masih lama. Aku putuskan kembali jalan kaki menuju Deli Park untuk menonton Star Wars pukul 12.15.
10.57 – 11.50 ( 2.600 meter ) – Jarak Masjid Al Mashoen s.d. Deli Park
* Deli Park, nonton Star Wars XI : Rise of Skywalker
15.00 – 15.16 ( 800 meter ) – Jarak Deli Park s.d. Mie Ayam Akong – Acim
Mie Ayam Akong – Acim (15.16 – 15.34)
Di Medan, di mana keragaman begitu kental membuat saya cukup berhati – hati memilih makanan. Tidak jarang kita ragu tentang kehalalan makanan ketika owner-nya bukan “pribumi”, padahal belum tentu juga meski Owner nya seorang “pribumi” ( hahahaha………..). Biasanya kalau pelayannya berjilbab, kuberanikan diri mengganggap makanan yang dijual adalah halal.
Tertulis Halal menjadi salah satu pertimbangan memilih kuliner ini ( dan owner-nya seorang keturunan Tionghoa). Lokasinya dekat dengan Bihun Bebek Asie. Jam bukanya adalah 14.00 hingga malam, cocok buat ngisi perut sore hari.
15.34 – 15.43 ( 350 meter ) – Jarak Mie Ayam Akong – Acim s.d. Tjong A Fie Mansion
Tjong A Fie Mansion (15.43 – 16.29)
Ini adalah rumah dari saudagar terkaya di Medan kala itu. Beliau terkenal kedermawanannya kepada warga Medan tanpa melihat apa agamanya apalagi sukunya. Tidak heran bila kontribusi Tjong A Fie dalam memupuk kerukunan umat beragama di Sumatera Utara dijadikan bahan disertasi oleh Dr. Hj Hasnah Nasution, seorang dosen UIN Sumut. Selain itu beliau juga dikenal sebagai orang pertama di Medan yang memiliki mobil pada tahun periode 1915 – 1920.
Bangunan gaya khasTionghoa ini cukup terawat baik exterior, interior juga perabotannya. Informasi tentang pemiliknya pun cukup lengkap. Namun gerbangnya kurang terawat.
Tiket Masuk : Rp. 35.000,-
16.29 – 16.39 ( 350 meter ) – Jarak Tjong A Fie Mansion s.d. Masjid Lama Gang Bengkok
Masjid Lama Gang Bengkok (16.29 – 17.12)
Aku beranjak meninggalkan Tjong A Fie Mansion untuk menuntaskan kewajiban yang kutunda. Berdasarkan map, jarak Masjid terdekat tidak jauh hanya 200 meter saja dari Tjong A Foe Mansion.
Di sebut dengan Masjid Lama Gang Bengkok, berdasarkan yang kubaca dari informasi di Tjong A Fie Mansion masjid ini juga pernah mendapat bantuan dana dari Tjong A Fie untuk pembangunannya. Malahan masjid yang berdiri di tanah waqaf atas nama Datuk Kesawan Muhammad Ali, dikatakan seluruh dananya ditanggung oleh Tjong A Fie.
Seperti halnya Istana Maimun, warna kuning juga mendominasi masjid ini. Memang warna kuning adalah warna khas melayu. Sekilas atapnya menyerupai kelenteng begitu pula empat tiang utama yang bergaya khas arsitektur Tionghoa. Berbeda dengan bagunan utama gerbangnya mengadop gaya Persia.
Sambil menunggu jam operasional kuliner selanjutnya , aku kembali jalan ke kaki ke Sun Plaza.
17.12 – 17.33 ( 1100 meter ) – Jarak Masjid Lama Gang Bengkok s.d. Sun Plaza
18.00 – 18.20 ( 1400 meter ) – Jarak Sun Plaza s.d. Nasi Goreng Pemuda
Nasi Goreng Pemuda ( 18.20 – 18.35)
Dan sabtu ini aku tutup dengan menyantap makana berkalori tinggi, Nasi Goreng Pemuda di Jl. Pemuda. Jadi selain baik buat kesehatan, Jalan kaki hari ini kembali membuka wawasanku tentang apa yang telah diwariskan oleh leluhur bangsa ini, yaitu toleransi dalam keberagaman merupakan kunci keharmonisan dalam hubungan antar manusia.