Pulau Sempu (xx-yy lupa 2006)
Pulau Sempu adalah pulau kecil yang terletak di sebelah selatan kabupaten Malang Jawa Timur. Pulau ini memiliki luas kira2 8 meter persegi yang berjarak sekita 1 km dari daratan P Jawa. Pulau sempu terkenal dengan keindahan Pantai Segara Anak nya yang berpasir putih dan masih alami. Pantai Segara Anak ini sebenarnya adalah danau air laut yang terbentuk dari bocoran ombak pantai selatan yang menghantam tebing batu yang tepat berada di sebelah selatan P Sempu. Tebing batu yang berlobang tersebut merupakan jalan masuk air dari pantai selatan ke danau ini sehingga air dari danau ini pun rasanya asin, bahkan kadungan garamnya sangat tinggi karena tingkat penguapan yang tinggi pula. Danau Segara Anak seluas 2 x lapangan bola ini memiliki pasir putih yang sangat indah seperti pantai2 berpasir putih pada umumnya. Keistimewaan dari danau ini adalah, kita serasa berada di pantai indah yang terasing dari keramaian orang dan seakan2 pantai ini adalah milik kita sendiri. Selain menikmati indahnya indahnya pantai, kita juga bisa menaiki tebing yang membatasi pantai ini dengan laut selatan. Dari atas tebing ini kita bisa menikmati hamparan luas laut selatan dengan ombaknya yang dasyat menghantam dinding tebing yang kita naiki. Kalau beruntung kita juga bisa menyaksikan kawanan ikan Lumba2 yang sedang bermain bersama ombak. Pada kesempatan kali ini kami ber-5 yaitu (Saya, Chimot, Ucup, Ketut dan Alm. Primeri) mencoba menjadi surviver di pulau tak berpenghuni ini selama 4 hari.
Perjalanan Surabaya – Sendang Biru
Rencana ke pulau sempu awalnya adalah ide dari teman kami ketut yang sudah banyak mendengar keasyikan dari pulau ini. Selanjutnya kami mengumpukan informasi untuk menuju ke lokasi. Akhirnya Alm Primeri menawarkan diri untuk gabung dan menggunakan mobilnya. Selanjutnya kami menyiapkan bekal apa saja yang akan dibawa kesana, diantaranya adalah tenda dan bahan makanan. Kami bukanlan petualang kaya melainkan surviver bermodal nekat apa adanya. Perlengkapan tenda kami gantikan dengan terpal dan tali temali sedangkan kompor kami gantikan dengan minyak tanah dan kaleng bekas. Untuk makananya kami membawa nasi dan mie instant 1 kardus. Tidak lupa kami membawa jerigen untuk membawa air tawar untuk memasak dan minum karena sumber air tawar disana sangat jauh dari danau. Setelah perlengkapan selesai, kami berangkat pada hari kamis siang menuju kabupaten malang. Perjalanan menggunakan mobil pribadi akan lebih cepat dibandingkan menggunakan angkutan umum. Jika kita menggunakan angkutan umum, terlebih dahulu kita naik bus jurusan Surabaya-Malang selanjutnya oper angkot dari terminal Arjosari ke Gadang dan oper lagi ke desa Turen. Kami memulai perjalanan dari Surabaya sekitar jam 10 pagi, sampai di kota malang jam 12 siang. Perjalanan dari kota Malang ke desa Turen membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam, kami sampai di Sendang Biru sekitar pukul 2 siang. Memasuki pintu masuk Kawasan Wisata Sendang Biru setiap orang di kenakan biaya sebesar 1000 rupiah, sedangkan untuk mobil 5000 rupiah. Sampai disini kami mampir di warung untuk mekan siang menjelang sore. Selagi menyantap makanan, kami di tawari jasa penyebrangan ke Pulau Sempu oleh bapak pemilik warung. Kami juga ditawari parkir mobil di depan warung dengan ongkos yang lumayan murah yaitu Rp 20.000,- untuk 3 hari 3 malam. Setelah selesai menyantap makan siang, kami segera mengikuti bapak pemilik warung menuju dermaga perahu motor yang sudah bersandar di dermaga pantai Sendang Biru.
Perjalanan Sendang Biru -Danau Segara Anak
Dengan merogoh kocek 40 ribu rupiah, kami menyewa perahu motor untuk menyeberang ke pulau Sempu yang tidak jauh dari pandangan mata. Perjalanan dari pantai sendang biru ke tempat masuk hutan menuju danau segara anak memerlukan waktu kurang lebih 20 menit. Perjalananpun terasa sangat menyenangkan mengingat ini pertama kalinya kami naik perahu motor menyebrangi lautan. Perasaan was2 karena takut perahu ada gangguan mesin dan macet di jalan sebenernya ada di dalam pikiran, tetapi masih kalah dengan pengalaman pertama yang menantang ini. Dengan keahlian nahkoda kapal yang tidak lain adalah nelayan setempat maka perahu yang kami tumpangipun bisa melewati ombak lautan yang menghadang kami. Setelah 20 menit perjalaan akhirnya kami sampai di pinggir pulau sempu dan turun di karang karena waktu itu air sedang surut sehingga perahu tidak bisa sampai ke batas pulau. Sebelum meninggalkan perahu terlebih dahulu kami janjian untuk di jemput pada hari Minggu siang sekitar jam 10 pagi. Mengingat tidak ada perahu rutin yang beroperasi untuk trayek Sedang biru – pulau Sempu maka kita harus melakukan janjian penjemputan kepulangan kita pada hari dan jam yang telah di sepakati. Jika kita tidak melakukan janjian, bisa2 kita akan jadi Tom Henk di filmnya Cast Away sampai berjenggot disini. Setelah melewati perjalanan laut, kami menyusuri jalur darat di tengah hutan. Kami harus melakukan perjalanan memotong pulau mengingat tadi kami turun di sebelah utara P Sempu, sedangkan danau Segara Anak berada di sebelah selatan pulau. Perjalanan melewati hutan lebat kami tempuh dalam waktu sekitar 2 setengah jam. Hari hampir gelap kami akhirnya sampai juga di Danau yang amat sangat indah itu. Pengen rasanya segera menceburkan diri ke danau dan berenang sepuasnya, walaupun gaya batu karena sebagian dari kami tidak bisa berenang termasuk saya :D. Sebelum gelap kami mencari tempat untuk mendirikan tenda (baca: Tenda dari terpal) di bibir pantai imut ini.
Pulau milik kami sendiri
Setelah mendirikan tenda, sebagian dari kami menyiapkan makan malam dan sebagian lagi bermain di pantai. Waktu itu pantai terasa sangat sepi dan benar2 tak berpenghuni karena hanya ada kami di situ. Setelah malam tiba baru ada sepasang bule (baca: turis asing) yang datang dan berkemah di sebelah tenda kami. Karena sudah kemalaman, dan mungkin mereka tidak membawa senter maka bule yang cowok meminjam senter pada kami. Hmmm……….jika kami tidak berada disini, mungkin mereka serasa memiliki pantai ini ber-2 saja. Pantai yang imut dan cantik mungkin tempat yang sangat romantis untuk bulan madu berdua, jadi pengen bulan madu kesana neeh :). Setelah menyantap makan malam, kami bermain2 sejenak d pantai yang sudah mulai pasang airnya karen cahaya bulan. malam semakin larut, akhirnya kami tertidur dengan nyenyaknya. Berkemah di pantai tidak seperti di Gunung, di pantai udaranya hangat sedangkan di gunung udaranya sangat dingin mnusuk tulang. Pagi hari kami bangun dan memulai aktivitas pagi dengan berlari2 kecil di pinggir pantai berpasir putih itu. Seharian terasa pantai ini milik kami dan sepasang bule eropa tadi karena sampai malam tidak ada orang yang berkunjung ke tempat ini. Puas bermain-main dan berenang di pantai, kami mencoba memancing ikan dengan sisa2 kail yang ada di pinggir danau. Walaupun ikanya banyak, tapi tak satupun ikan yang kami dapatkan (lagi sial 😦 ). Sore menjelang, kami mencoba mencari kerang dan kepiting laut saat air danau surut. Saat air danau surut, kita bisa memanfaatkanya untuk berburu kerang dan kepiting. Tak jarang kami tertipu dengan selongsongan rumah kerang yang berada di dasar pantai. Lama sudah kami mencari buruan, hanya beberapa kerang dan seekor kepiting kecil yang kami dapatkan. Tak mau menyia-nyiakan pengorbanan, kamipun membakarnya dan menyantapnya rame-rame. Tidak sebanding dengan usahanya yang ber-jam2, sekali santappun langsung ludes masuk ke perut. Hari yang sangat mengasyikkan, kami lupa akan kepenatan mengerjakan Tugas Akhir di kampus. Sebelum malam datang, hujan mengguyur kami cukup deras. Bukan malah masuk ke dalam tenda melainkan kita ber-5 malah asyik menikmati guyuran hujan sebagai ritual mandi air tawar. Kami memanfaatkannya untuk membersihkan diri dengan sabun karena sabun tidak akan berfungsi jika kita mandi menggunakan air laut. Kami juga menadahkan air hujan untuk tambahan air minum kami, maklum krisis air tawar. Hari pertama kami kuasai sendiri pulau ini, berbagi kekuasaan dengan sepasang bule eropo itu saja. Hari mulai gelap, kami masuk ke tenda untuk beristirahat sejenak setelah bermain seharian. Keesokan harinya, sabtu pagi kami memulai aktifitas lagi di sepanjang pantai ini. Kami mencoba naik ke atas tebing dan menyaksikan deburan ombak pantai selatan yang sangat dasyat dan mengerikan. Walaupun tidak sampai puncak tebing, tapi kami sudah bisa menyaksikan hamparan laut selatan yang begitu luas dan ganas itu. Setelah agak siang, kami mendengar suara anak2 yang berteriak dari arah hutan. Ternyata banyak sekali anak smp yang melakukan tour kesini bersama pembinanya. Pantai ini mulai ramai dan berisik karena terlalu banyak orang. Ketenanganyapun mulai terusik oleh suara2 anak2 yang sedang bermain. Pantai yang tadinya terasing dan tenang sekarang berubah menjadi tempat bermain anak2 yang ramainya melebihi taman kanak2. Cukup sudah kami menikmati dan memiliki panati ini seharian kemarin, biarlah orang lain yang ganti memilikinya.
Meninggalkan keterasingan
Setalah mengasingkan diri selama 2 hari 3 malam, kami akhirnya meninggalkan tempat cantik yang terasing ini. Minggu pagi kami berkemas2 dan melakukan perjalanan pulang ke Surabaya. Jam 10 pagi kami janjian dengan perahu nelayan yang menjemput kami. Jam 8 kami mulai beranjak meninggalkan rumah kami dengan membawa sejuta kenangan indah. Sampai di tempat penjemputan sekitar pukul 10 pagi, perahu kami belum juga datang disini. Kami menunggu dengan santai selama kurang lebih setengah jam, akhirnya perahu kamipun datang. Maklum ombak agak besar sehingga perjalanan perahu motor agak terhambat. Sampai juga kami di daratan jawa dan membayar ongkos perahu sebesar 40rb rupiah. Selanjutnya kami menuju warung tempat kami menitipkan mobil kemarin. Setelah makan siang dan menyelesaikan urusan pembayaran, kami segera bertolak kembali ke Surabaya. Inilah akhir dari petualangan kami di Pulau Sempu, rindu rasanya kembali ke situ. Untuk mengobati rasa rindu camping di Pulau Sempu, kami berencana untuk Camping di Pulau Seribu yang tidak berpenghuni. Mudah2an bisa segera terealisasi rencana kami ini….
*** In Memorian : Primeri Listriko – > Pemilik sekaligus driver mobil Carry yang kami naiki bersama. Meninggal dunia karena sakit kangker beberapa tahun kemudian.
hiks….
jadi ingat pas gak jadi brgkt gara2 TA…T_T
Mas manto.. kalo boleh saya ijin untuk menerbitkan tulisan mas ini untuk buletin internal sekolah kami.. kami akan sangat berterima kasih jika anda bersedia dan menijinkan.. thanks.
Mas/Mbak
Silahkan jika ingin mengutip tulisan saya untuk pembuaan buletin internel sekolah anda. Saya mohon dicantumkan alamat website ini di buletin yang diterbitkan, misalkan diakhir tulisan dicantumkan (referensi : http://www.engineear.net)
terima kasih
thanks info nya
keren bos,dua jempol boat artikel kamu
waaahh bagus … kalo saya biasanya mbrasak ke daerah pacitan pantainya juga bagus-bagus 😀
BTW ini Pulau Sempu jauh gak kalo dari kota maangnya ? bisa naek angkutan gak ya ?
nii mumpung kuwh ge d malang nii…kemarend kuwh sempet ke semeru sblmnya distasiun ketemu rombongan mo ke pulau sempu yang jelas gw tertarik ya…kand….info dunkz buat transportnya kesana kira2 abiz berapa?? 🙂 tinkyu
waw,, ak ma temen2 jug mw ksana nie,,, kira2 krng brp y byr transportnya,,? perhu mootor mksd qw…..? rute jelas donk ksana nya gmn….?