Di utara Baray Timur terdapat baray yang lebih kecil. Membentang dari Ta Som hingga gerbang timur Phrea Kan. Namanya Baray Jayatataka dan kini kami hanya bisa melihatnya sebagai dataran luas dimana airnya telah mengering diserap pasir waktu.
Ta Som
Setelah berpanas – panasan di Pre Rup, kami kembali mengunjungi candi yang tenggelam oleh pelukan pepohonan. Lebih kecil dari objek sebelumnya seperti versi miniature sederhana dari Ta Prohm. Parit yang mengelilingi hanya selebar 1 meter. Candi berdiri di ujung timur Baray Jayatataka.
Saat kami disini pemugaran sedang dilaksanakan.
Neak Pean
2 km dari Ta Som kami brhenti kembali di Neak Pean. Kesan pertama memasuki adalah becek. Banyak air menggenang sana sini. Ini pasti kolam taman bermain air para bidadari Angkor buat menghibur sang Raja. Ternyata tidak demikian. Ini adalah site yang penuh dengan symbol – symbol Hinduism. Sangat religious.
Di setiap sisi arah mata angin ada kolam kecil dan di tengah terdapat kolam utama yang luasnya empat kali kolam kecil. Di tengah kolam utama terdapat pulau sirkular lengkap dengan Candi kecil. Bangunan ini merepresentasikan Anavatapta, danau suci Himalaya yang merupakan sumber dari 4 sungai besar. Namun seiring waktu candi ini tidak murni candi Hindu lagi, namun juga berunsur Buddha. Terlihat dari beberapa ornament berciri Buddha.
Tidak lama kami di sini. Pada dasarnya juga ga ngerti cuman menuruti penasaran saja. Kami pun meminta Mr. Mom mengantar kami ke site selanjutnya sebelum menuju ke Angkor Thom. Namun sebelumnya kami pun makan siang dulu ……
Phrea Kan
Mr. Mom bilang ini adalah salah satu project terbesar jayavarman VII. Lebih dari sekedar sebuah kuil namun sebuah sekolah tinggi agama Buddha. Jikalau Ta Prohm dibangun untuk persembahan kepada sang Ibu sebagai Prajnaparamitha, Phrea Kan diperuntukan kepada saya Ayahanda dari Jayavarman VII.
Lebih luas dari Ta Prohm apalagi Banteay Kdei. Luas Preah Kan yang men-cover lahan seluas 56 hektar ini tidak membuat kami kawatir, perut sudah terisi walau tidak penuh. Kondisi mungkin lebih buruk daripada Ta Prohm. Begitu banyak reruntuhan. Namun kami bisa memasuki ruangan – ruangan sanctuary di bangunan utama.
Candi ini dikelilingi oleh parit selebar kurang lebih 10 meter. Awalnya aku pikir jembatan itu berdiri diatas parit ternyata tidak, jembatan itu benar – benar memisah parit. Di tepiannya patung para Asura dan Dewa sedang memegang ular naga. Seperti cerita Legenda pengadukan Laut Susu di awal kehidupan di dunia.
Ku beli mangga muda dan jambu biji diluar dinding tua itu. Ternyata aku masih lapar.