Duduk di bangku paling belakang pesawat tanpa jendela selama kurang lebih 6 jam membuat kami tidak nyaman. Terus terang ada sedikit fobia ruang sempit tanpa jendela. Tekanan udara yang kecil membuat organ keseimbangan sedikit terganggu. Namun satu tegukan air mineral sedikit menenangkan . Sedikit, sedikit, sedikit……………… (terus)
Suara pramugari memberitahukan sebentar lagi kami landing. Alhamdulillah, “lompatan” dari Manila ke Beijing mendekati kesuksesan. Sayang kami tidak bisa melihat suasana malah Beijing dari langit gara – gara ga ada jendela. Dan…. Hup !! mendaratlah kami. Biasanya kami selalu longak longok melihat bandara tempat kami mendarat, sekedar sok memastikan tidak salah mendarat. Gara – gara tanpa jendela kami kehilangan kesempatan itu. Who knows, sebenarnya kami mendarat di daerah tak dikenal…………….. ( khayalan menggelikan)
Hampir setengah jam akhirnya kami keluar dari perut burung besi Cebu Pasific Air. Begitu keluar sudah masuk lorong, ah…. Lagi – lagi tidak bisa lihat bagian luar bandara. Meski begitu tidak mengurangi ke-kamseupay-an kami untuk pertama kali di sebuah negeri lain. Potrat – potret……………… baru menuju imigrasi.
Tidak lama imigrasi memeriksa kami. Tidak selama saat ke Singapore dan Malaysia. Lancar jaya memasuki negeri tirai bamboo.
Masih jam 23.48 kamu merasa lapar. “Depot – depot” penuh orang makan. Kamipun cari alternative lain, membeli roti. Kemudian untuk menghemat stamina kamipun mencari tempat tidur nyaman.
Di kursi – kursi kayu kamipun menunggu kereta Airport Express dalam lelap dan bahagia……….