This slideshow requires JavaScript.

Pagi itu, setelah menyantap habis shwerma dengan ditemani segelas teh susu, waktunya aku untuk berangkat menuju masjid Quba, seperti yang telah kurencanakan sebelumnya, dengan berjalan kaki.

Masjid Quba merupakan bangunan masjid pertama yang dibangun umat muslim. Masjid tersebut terletak didaerah Quba, yang berjarak 3,5 km sebelah selatan dari masjid Nabawi. Masjid ini dibangun pada saat Rasulullah SAW sampai di daerah ini ketika beliau berhijrah dari Mekkah menuju Madinah. Dan menurut beberapa kisah, Rasulullah SAW semasa hidup beliau masih sering menziarahi masjid ini untuk sholat ditempat ini dan biasanya beliau memilih hari Sabtu. Beliau juga mengkhususkan diri untuk pergi ke masjid Quba ini.

Hari itu, hari terakhirku berada di madinatunnabiy, kotanya nabi, al-Madinah al-Munawwarah. Dan secara kebetulan, hari itu bertepatan dengan hari Sabtu. Hanya berbekal peta satelit dari Google Earth, aku berangkat menuju masjid Quba. Dari south piazza masjid Nabawi melalui pintu paling barat aku berjalan menuju selatan. melewati masjid Umar bin Khattab, dan kemudian menyusuri pertokoan disepanjang Quba road. Jalanan cukup lengang karena toko-toko belum buka. Hanya kedai kopi dan kebab saja yang sudah menjajakan hidangannya. Mobilpun tidak banyak yang lalu-lalang karena jalanan ini bukan jalanan utama lagi menuju Quba (keluar Madinah), jalanan ini terlalu sempit untuk dilalui bus-bus besar.

Ditengah perjalanan, kurang lebih 1 km sebelum masjid Quba, terletak tepat dipojokan sebuah perempatan besar, berdiri bangunan putih besar dengan sebuah kubah utama ditambah empat buah kubah kecil serta menara segidelapan yang menjulang, yaitu masjid Jum’ah, masjid yang oleh Rasulullah SAW didirikan sholat Jumat untuk pertama kalinya. Karena tujuanku adalah masjid Quba, maka aku akan singgah dimasjid ini pada perjalanan pulang nanti.

Masjid Quba tidak pernah sepi dari peziarah. Ratusan atau bahkan sampai mencapai ribuan peziarah pada musim haji seperti ini. Hal ini karena masjid Quba merupakah salah satu tempat yang diajurkan oleh Rasulullah SAW untuk diziarahi, dan pada musim haji seperti ini merupakan fasilitas gratis yang diberikan oleh majmu’ah Madinah. Selain itu, keutamaan lain yaitu sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Barangsiapa yang bersuci di rumahnya kemudian mendatangi masjid Quba kemudian sholat disana, maka baginya pahala umroh” (HR Ibnu Majah dalam sunannya bab tentang sholat di masjid Quba).

Masjid Quba telah mengalami renovasi berulang-ulang. Renovasi terakhir pada tahun 1405H (1984M) dimana pelayan dua kota suci Raja Fahd bin Abdul Aziz memerintahkan untuk merenovasi masjid Quba dan memperluas masjid hingga luasnya menjadi berlipat ganda, dengan tetap menjaga secara detail peninggalan bersejarahnya. Masjid Quba dibangun dalam bentuk dua ruangan di bagian selatan dan utara. Kedua ruangan tersebut dipisah oleh pelataran yang terbuka (tanpa atap) dan keduanya disambung dengan dua ruangan lain yang terdapat dibagian timur dan barat masjid. Pelataran yang terbuka ditutupi dengan sebuah payung yang dapat bergerak secara otomatis, terbuka dan tertutup. Dibangun diatas masjid empat menara dikeempat sisinya.

Ini merupakan kali ketiga aku mengunjungi tempat ini. Namun kali ini rasanya sangat berbeda sekali. Ada keharuan tersendiri. Rasanya nikmat sekali melakukan sholat tahiyyatul masjid dan dhuha didalamnya. Ada nikmat setelah berlelah-lelah, mungkin. Tidak ada lagi rombongan yang mendesak untuk segera berkumpul di bus, mungkin. Namun yang jelas, aku serasa ikut merasakan perjalanan Rasulullah SAW mengunjungi masjid Quba, masjid yang berdiri disebuah perkampungan yang untuk pertama kalinya menyambut dengan hangat kedatangan beliau setelah beliau ‘terusir’ dari kampungnya sendiri.